surga akhirat (jannah)




1.      Al-Baqarah ayat  265
ã@sWtBur tûïÏ%©!$# šcqà)ÏÿYムãNßgs9ºuqøBr& uä!$tóÏGö/$# ÅV$|ÊötB «!$# $\GÎ7ø[s?ur ô`ÏiB öNÎgÅ¡àÿRr& È@sVyJx. ¥p¨Yy_ >ouqö/tÎ/ $ygt/$|¹r& ×@Î/#ur ôMs?$t«sù $ygn=à2é& Éú÷üxÿ÷èÅÊ bÎ*sù öN©9 $pkö:ÅÁム×@Î/#ur @@sÜsù 3 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÅÁt/ ÇËÏÎÈ  

(265. dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.)

a.       Korelasi dengan ayat sebelumnya
       Di  dalam  ayat-ayat  yang  sebelumnya,Allah  swt.  Menyampaikan  perumpamaan  orang-orang  yang  menginfakkan  harta,  kemudian  mengiringinya  dengan  menyebut-yebut  amalnya  dan  perlakuan  yang  menyakitkan.  Juga perumpamaan orang  yang  mengeluarkan  harta  karena  pamer, ingin  dipuji  orang.
b.      Makna Global   
       Kemudian,  Allah  mengiringi  penjelasan,  yakni  perumpamaan  orang-orang  yang  menginfakkan  harta  karena   mengharap  ridha  Allah  dan  membersihkan  diri. Dengan  demikian,  maka  seperti  yang  dikatakan  peribasa,  ‘’Segala  sesuatu  itu  akan  tampak  jelas  dengan  menyebut  lawannya”. [1]
                                                            1
       Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah , di  samping  untuk  memantapkan  keimanan   dan  meningkatkan  ihsan, dengan  merelakan  dirinya  ketika  berinfak,  sehingga  hal  ini  menjadi  menyatu  dengan  dirinya  dan  menjadi  sebagian  dari  watak  pribadinya..
          Kadang-kadang  orang  memberi  sesuatu   pada  orang  lain     karena  hendak  memasukkan  pengaruh  kepada  orang  yang  diberinya. Dia  menyangka   bahwa  pemberiannya  itu  bisa  membeli  perasaan  dan  harga  diri  orang  lain. Adapun  uangnya  sudah  keluar, mulutnya  nyinyir. Dan  kalau  dia  tidak diangkat-angkat,  dia  lekas  hiba  hati.  Ini  semuanya  adalah  perangai  dari  orang  yang  beramal  riya’.  Dan  orang-orang  yang  yang  menjadi  pemimpin  ummat, atau  ulama-ulama  yang  tahu akan  harga  dirinya  lebih  baik  menjahui  orang  seperti  ini.  Orang  begini  menuangka  bahwa  dengan  kekayaan  uangnya, rumah  indahnya,  kendaraannya  yang  mahal,  akan  dapat  dia  menguasai  segala  sesuatu.  Dia  tidak  faham  bahwa  di  samping   harta-benda  adalah  lagi  suatu  kekayaan   yang  pada  dirinya  sendiri  tidak  ada; yaitu  kekayaan  jiwa.
     ‘’perumpamaan   orang  ini  adalah  laksana  satu   batu   tandus   yang  di  atasnya  ada  tanah-debu ,  lalu  dia  ditimpa  oleh  hujan  lebat, maka  jadilah  dia  licin.”

          Orang-orang   yang  mengeluarkan  harta-benda  karena  mengharapkan  ridha  Allah,  sebab  insaf   bahwa  harta  itu  adalah   semata-mata  pemberian  Tuhan  kepadanya.  Dia  insaf  bahwa  dia  hanya  sebagai  saluran  saja  dari  Tuhan  untuk  menyampaikan   bantuan  Tuhan  kepada  hambaNya,  dan dia   merasa  berbahagia   sekali  karena  dapat  berbuat  baik.  Di  kala  memberikan  bantuan  kepada  orang  yang  susah, dibawanyalah  perbandingan  kepada  dirinya  sendiri  bahwa Tuhanpun  Maha  Kuasa  membuat  nasibnya  jelek  sebagai  nasib  orang  yang  dibantunya  itu. Dahulu  seketika  dia  lahir  ke dunia, tidaklah  dia  membawa  apa-apa. Sekarang  dia  hidup  berusaha;   usaha itu  diberi  hasil oleh  Allah.  Padahal  banyak  orang  lain  berusaha  pula, tetapi  belum  diberi  hasil. Alamat  syukurnya  kepada Tuhan, dia  pun  sudi  mengeluarkan  hartanya,  dan  memberi  bantuan  kepada orang  lain,  atau   kepada maslahat itu diambilnya untuk menambah keyakinan dirinya sendiri.[2]                                                                     
  1. Surat Al-Baqarah ayat 214
÷Pr& óOçFö6Å¡ym br& (#qè=äzô‰s? sp¨Yyfø9$# $£Js9ur Nä3Ï?ù'tƒ ã@sW¨B tûïÏ%©!$# (#öqn=yz `ÏB Nä3Î=ö6s% ( ãNåk÷J¡¡¨B âä!$y™ù't7ø9$# âä!#§ŽœØ9$#ur (#qä9Ì“ø9ã—ur 4Ó®Lym tAqà)tƒ ãAqß™§9$# tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä ¼çmyètB 4ÓtLtB çŽóÇnS «!$# 3 Iwr& ¨bÎ) uŽóÇnS «!$# Ò=ƒÌs% ÇËÊÍÈ  

Terjemaha:
(214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat.)
a.     Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut di atas (QS. 2: 214) bersangkutan dengan peristiwa perang Ahzab. Ketika itu kaum muslimin mendapat berbagai kesulitan yang sangat hebat, dan kepungan musuh yang sangat ketat. Ayat ini menunjukkan bahwa perjuangan itu membutuhkan pengorbanan.[3]
b.    Korelasi dengan ayat sebelumnya
Pada ayat sebelumnya dikatakan bahwa Allah memberikan petunjuk kepada barang siapa saja yang dikehendaki-Nya. Tetapi sebelum petunjuk itu datang, telah diperingatkan bahwa berbagai kesulitan akan datang. Untuk menuju sebuah cita-cita diperlukan perjuangan dan pengorbanan. Sebab itu, janganlah dikira mudah menegakkan kebenaran di dunia ini, dan tidaklah mudah masuk surge seperti yang dijanjikan Tuhan.[4]
c.     Makna global
                                                         3
        Surga adalah tempat untuk orang yang terlebih dahulu telah menempuh berbagai ujian dan diapun lulus dari ujian itu. Sebagaimana para nabi dan rasul Allah dan orang-orang yang berjuang menikuti jejak beliau di dalam menegakkan kebenaran dan ajaran Tuhan, sejak dari zaman Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW. Berbagai macam cobaan telah mereka alami. Kesusahan karena kekurangan harta, kecelakaan karena penyakit dan luka-luka, dihina, bahkan dibunuh. Sebagai umat yang beriman kepada Muhammad, janganlah menyangka bahwa akan enak-enak seperti “itik pulang petang” melenggak-lenggok masuk surga dengan mudahnya tanpa tahu penderitaan dalam menegakkan kebenaran.[5]
Ibnu Abbas menafsirkan pula bahwa ayat ini ialah peringatan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah bahwasannya dunia ini tidak lain dan tidak bukan adalah negeri percobaan, negeri yang penuh dengan bala’ dan ujian. Di ayat ini diterangkan pula bahwa bala’ dan cobaan adalah kepastian yang ditempuh oleh orang-orang mukmin. Berdasarkan kepada tafsiran Ibnu Abba situ nampaklah bahwasannya percobaan hidup yang beragam itu tidak lain dari pada penggemblengan jiwa.[6]
Demikian memuncaknya kaang-kadang kesulitan dan kesusahan itu: “sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bertanya: Bilakah pertolongan Allah?” Dan Allah pun menjawab: “Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah sangat dekat”. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kesulitan dan kesusahan itu memuncak, maka modal Rasul serta orang-orang yang beriman hanya tinggal kepercayaan, yakni percaya bahwa pertolongan Allah sangat dekat dan pasti datang.[7]
d.    Kesimpulan
Ayat ini menegaskan bahwa kaum muslimin tidak boleh bermimpi-mimpi, mengenang-ngenang akan masuk surga, dengan tidak ada keberanian berkurban. Surga bukanlah disediakan untuk tukang mimpi. Ayat ini dijadikan peringatan bagi umat Islam untuk berjuang dan berkorban di jalan Allah. Apabila sudah berani
                                                     4
 menghadapi kesukaran lantaran menegakkan agama Islam ini, barulah berhak masuk surga.[8]

  1. Surat Maryam ayat 60 – 63
žwÎ) `tB z>$s? z`tB#uäur Ÿ@ÏHxåur $[sÎ=»|¹ y7Í´¯»s9'ré'sù tbqè=äzô‰tƒ sp¨Ypgø:$# Ÿwur tbqßJn=ôàム$\«ø‹x© ÇÏÉÈ   ÏM»¨Zy_ Abô‰tã ÓÉL©9$# y‰tãur ß`»oH÷q§9$# ¼çnyŠ$t7Ïã Í=ø‹tóø9$$Î/ 4 ¼çm¯RÎ) tb%x. ¼çn߉ôãur $|‹Ï?ù'tB ÇÏÊÈ   žw tbqãèyJó¡o„ $pkŽÏù #·qøós9 žwÎ) $VJ»n=y™ ( öNçlm;ur öNßgè%ø—Í‘ $pkŽÏù Zotõ3ç/ $|‹Ï±tãur ÇÏËÈ   y7ù=Ï? èp¨Zpgø:$# ÓÉL©9$# ß^Í‘qçR ô`ÏB $tRÏŠ$t6Ïã `tB tb%x. $|‹É)s? ÇÏÌÈ  
(60. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, Maka mereka itu akan masuk syurga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun,
61. Yaitu syurga 'Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, Sekalipun (syurga itu) tidak nampak. Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.
62. Mereka tidak mendengar Perkataan yang tak berguna di dalam syurga, kecuali Ucapan salam. bagi mereka rezkinya di syurga itu tiap-tiap pagi dan petang.
63. Itulah syurga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.)
a.         Korelasi dengan ayat sebelumnya
Pada surat Maryam ayat 59 diterangkan bahwa sesudah para Nabi dan Rasul meninggal, muncullah generasi penerus yang tidak mengindahkan agama (menyia-nyiakan sholat) dan selalu memperturutkan hawa nafsu. Allah sudah memastikan bahwa kelak mereka akan menemui kesesatan dan kerugian.[9] Pada ayat selanjutnya, Allah mengecualikan diantara mereka, yakni orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal sholeh. Mereka ini akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.[10]
b.         Makna Global
Setelah menerangkan kecaman terhadap generasi yang buruk perilakunya di ayat 59 Surat MAryam, Allah kemudian menjelaskan bahwa bila mereka bertaubat                                     
                                                  
yakni menyesali dosa dan meninggalkannya sambil memohon ampun dan beriman
serta membuktkan imannya dengan amal shaleh, maka mereka akan masuk surga dan mereka tidak dianiaya oleh siapapun dan tidak akan dirugikan sedikitpun.[11] Demikianlah ketetapan Allah yang Maha Adil, maha Pemurah, dan Maha Penyayang, meskipun seseorang telah terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan karena tertipu dan terpedaya dengan kelezatan duniawi yang fana, tetapi bila mereka insyaf dan bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat, Allah akan menerima taubat mereka dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

4.        Surat Al-A’rof ayat 40 – 41
¨bÎ) šúïÉ‹©9$# (#qç/¤‹x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ (#rçŽy9õ3tFó™$#ur $pk÷]tã Ÿw ßx­Gxÿè? öNçlm; Ü>ºuqö/r& Ïä!$uK¡¡9$# Ÿwur tbqè=äzô‰tƒ sp¨Yyfø9$# 4Ó®Lym ykÎ=tƒ ã@yJpgø:$# ’Îû ÉdOy™ ÅÞ$u‹Ïƒø:$# 4 šÏ9ºx‹Ÿ2ur “Ì“øgwU tûüÏB̍ôfßJø9$# ÇÍÉÈ   Mçlm; `ÏiB tL©èygy_ ׊$ygÏB `ÏBur óOÎgÏ%öqsù :\#uqxî 4 y7Ï9ºx‹x.ur “Ì“øgwU tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÍÊÈ   šúïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# Ÿw ß#Ïk=s3çR $²¡øÿtR žwÎ) !$ygyèó™ãr šÍ´¯»s9'ré& Ü=»ptõ¾r& Ïp¨Zpgø:$# ( öNèd $pkŽÏù tbrà$Î#»yz ÇÍËÈ   $uZôãt“tRur $tB ’Îû NÏdÍ‘r߉߹ ô`ÏiB 9e@Ïî “ÌøgrB `ÏB ãNÍkÉJøtrB ㍻pk÷XF{$# ( (#qä9$s%ur ߉ôJptø:$# ¬! “Ï%©!$# $uZ1y‰yd #x‹»ygÏ9 $tBur $¨Zä. y“ωtFöks]Ï9 Iwöqs9 ÷br& $uZ1y‰yd ª!$# ( ô‰s)s9 ôNuä!%y` ã@ߙ①$uZÎn/u‘ Èd,ptø:$$Î/ ( (#ÿrߊqçRur br& ãNä3ù=Ï? èp¨Yyfø9$# $ydqßJçGøOÍ‘ré& $yJÎ/ óOçGYä. tbqè=yJ÷ès? ÇÍÌÈ   #“yŠ$tRur Ü=»ptõ¾r& Ïp¨Ypgø:$# |=»ptõ¾r& Í‘$¨Z9$# br& ô‰s% $tRô‰y`ur $tB $tRy‰tãur $uZš/u‘ $y)ym ö@ygsù N›?‰y`ur $¨B y‰tãur öNä3š/u‘ $y)ym ( (#qä9$s% óOyètR 4 tb©Œr'sù 8bÏiŒxsãB öNæhuZ÷t/ cr& èpuZ÷è©9 «!$# ’n?tã tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÍÍÈ   

                                                                 6
(40. Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit[540] dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum[541]. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
41. Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka)[542]. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang zalim,
42. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka Itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
43. dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki Kami kepada (surga) ini. dan Kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi Kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang Rasul-rasul Tuhan Kami, membawa kebenaran." dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan."
44. Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): "Sesungguhnya Kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan Kami menjanjikannya kepada kami. Maka Apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)?" mereka (penduduk neraka) menjawab: "Betul". kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim.)


a.    Penjelasan
Sesungguhnya mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah yang menunjukkan kepada KeEsaan-Nya, kebangkitan di hari akhir, dan mereka yang tidak mau mengikuti perintah Allah dan Rasulallah dengan menyombongkan diri serta tidak mau menerima kebenaran ayat Allah, adalah perbuatan zalim. Neraka tempatnya. Maka kesalahan yang demikian menyebabkan pintu langit tidak akan terbuka untuk mereka dan tidak akan bisa masuk surga karena mereka sama sekali tidak
mendapatkan rahmat-Nya, sehingga tidak akan memperoleh kebajikan apa pun. Sebagaimana tidak bisa masuknya seekor unta ke dalam lubang jarum.
Di sini terdapat dua keputusan. Pertama pintu langit tidak terbuka bagi mereka. Menurut tafsir Ibnu Abbas tidak ada amalan dan do’a mereka yang diterima Allah. Dan dalam riwayat yang lain ditafsirkan lagi Ibnu Abbas pintu langit tidak terbuka buat menerima ruh mereka setelah mati.[12] Maka pembalasannya tidak seperti yang dialami oleh orang yang hidup terus menerus diisi dengan maksiat.
Mereka mempunyai hamparan tidur dalam jahannam, tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka). QS. 341.
Bagi mereka di neraka, dari segala arahnya dilingkari dan diselimuti api. Pembalasan seperti itulah yang diberikan kepada semua orang yang zalim dimana dalam hidupnya dipenuhi kemaksiatan dan kezaliman. Itulah orang yang dinamai kafir.
“Dan semua orang yang telah beriman dan menjalankan pekerjaan-pekerjaan shaleh”
Mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya serta mengerjakan amal shaleh yang diridhai Allah. Itulah orang-orang yang memperoleh kesempurnaan dan keistimewaan. Mereka menjadi penduduk surga dan kekal di dalamnya.


“Kami tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya” Apabila cahaya iman dan petunjuk al-Qur’an telah masuk ke tubuhnya, ringanlah
pekerjaan amal saleh itu.[13] Kami telah mencabut rasa dendam dan dengki dari hati mereka. Mengalir di bawah merek sungai-sungai.
Mereka itu telah di alam surga dan tidak ada sesuatu apapun yang mengeruhkan hatinya. Memang Allah tidak menghapus sifat-sifat tersebut dari hati para penghuni surga. Mereka memperoleh nikmat surga yang mengalahkan dan melebihi nikmat-nikmat yang lain. Di dalam surga mengalir sungai-sungai. Para penghuninya memandang dengan penuh kegembiraan.
Merekapun berkata: Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada amal saleh dan iman. Kami tidak memperoleh petunjuk, seandainya Allah tidak menunjuki kami.
Bahwasannya pujian-pujian tidak ada kepada yang lain melainkan kepaka Allah. Dengan karunia-Nya sehingga kita dimasukkan surga. Dengan amal yang tidak lebih dari ukuran kesanggupan dan umur yang sangat singkat di dunia diperkenankan masuk surga. Dengan utusan-utusannya-Nya Allah menyampaikan petunjuk kepada kita, lalu dibukanya hati kita buat menerima petunjuk dan masuk surga sebagai balasan bagi amalan dan usaha di dunia.
Setelah berada di tempat masing-masing, para penghuni surga menyeru ahli mereka: “Kami semua telah mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Tuhan kami dan Rasul Allah telah menepati janji-Nya, maka apakah kamu telah mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Tuhanmu yaitu azab dan siksaan?” Jawab penghuni neraka: “Benar”.
Pengertian di dalam ayat ini yaitu Allah memerintahkan malaikat untuk menyampaikan sesuatu kepada mereka, untuk memperingatkan kembali bahwasannya siksaan yang diterima oleh ahli neraka itu tidaklah suatu keaniayaan dari Allah melainkan hukuman yang patut, sebab mereka sendiri yang zalim. Orang-orang yang zalim itu ialah orang-orang yang menghambat manusia menuju Allah. Mereka berusaha membengkokkan perjalanan agama dengan berbagai cara, antara lain:                                       9                                                         
1.    Melumuri tauhid dengan berbagai aneka perilaku syirik dalam beribadah serta mempersekutukan sesuatu dengan Allah.
2.    Menimbulkan (membuat) berbagai macam bid’ah yang tidak dibenarkan oleh agama.
3.    Menumbuhkan syak wasangka (keragu-raguan) dalam kesucian agama untuk menghilangkan kepercayaan manusia kepada agama.
4.    Membuat sesuatu yang mudah menjadi sulit, sehingga orang merasa berat menjalankan agama.





 



[1] . Al- maraghi juz 3 hal 64
[2]   Hamka   Tafsir  al-azhar  juz  III,  ( Jakarta :pustaka  panjimas, 1983) hal  66
[3] Qamaruddin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), 70.
[4] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz II (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002), 224-225.
[5] Ibid., 225-226.
[6] Ibid., 226.
[7] Ibid., 228.
[8] Ibid., 229-231.
[9] Al-Qur’an & Tafsirnya UII (Yogyakarta: PT. Dana Bakti Wakaf, 1995), 80-81.
[10] Al-Qur’an & Tafsirnya (Madinah: Mujamma’ Al-Malik Fahd Li Thiba’at al-Mushhaf asy-Syarifah, 1971), 469.
[11] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 214.
[12] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz VIII (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002), 231.
[13] Tengku Muhammad Hasbi ash-Sidieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), 396.

Comments

Popular posts from this blog

Kurikulum Sebagai Sistem Dan Komponen-Komponen Sistem Kurikulum

PENDIDIKAN PONDOK PESARNTREN HUDATUL MUNA 1 JENES

Sejarah ilmu mantiq