prilaku anarkis kaum terpelajar indonesia
Menanggapi gejolak kehidupan yang
terjadi dewasa ini anarkis seakan menjadi pilihan pertama dalam tiap
penyelesaian-penyelesaian masalah baik itu dalam kaum jalanan, kaum kantoran, tak
terkecuali kaum terpelajar. Anarkis seolah telah menjadi jalan pintas yang
paling mudah untuk menuntaskan masalah. Hal ini dipicu oleh berbagai sebab yang
melatarbelakanginya, baik intern maupun ekstern.
Anarkis sebagaimana disebut adalah
tindakan yang identik dengan cara-cara kasar menjurus keras atau bisa juga
disebut ngawur. Biasanya anarkis lazim digunakan oleh kaum jalanan yang
notabene jauh dari lingkungan terdidik. Namun belakangan muncul istilah
tawuran, prilaku anarkis yang muncul di kaum terpelajar yaitu lingkup sekolah.
Tawuran seringkali terjadi hanya karena masalah sepele, rebutan cewek,
persaingan antar anak muda, juga budaya munculnya gank-gank dalam sekolah.
Lebih jauh perilaku tidak wajar ini
perlu ditelusuri dari awalnya hingga sampai muncul tawuran yang sebenarnya.
Jika hal ini terjadi pada wilayah kaum
non pelajar mungkin ada sedikit toleransi mengingat cara berpikir mereka yang
masih dangkal. Bagi mereka dengan berkelahi itu adalah penyelesain terbaik dari
setiap masalah, dengan menang dalam berkelahi akan ada sebuah rasa prestisius
tersendiri. Perebutan kekuasaan adalah alasan yang kerap menjadi sebab perilaku
anarkis ini.
Namun bagaimana jadinya jika anak sekolah pun
ikut membawa alat pukul bahkan sampai sentaja tajam ke sekolah lalu tawuran di
jalan. Apa selama ini Guru mereka mengajarkan tawuran, atau ada mata kuliah
studi anarkis di beberapa universitas kita sehingga mahasiswanya pun ikut
berprilaku ngawur. Perilaku anarkis kaum terpelajar ini tentunya akan membuat
citra pendidikan negeri ini menjadi makin buruk selain masalah-masalah lain
yang juga terkait.
Dalam agama Islam kekerasan bukanlah
hal yang disarankan untuk menyelesaikan masalah, karena Islam adalah agama yang
lebih mengedepankan kasih sayang. Tapi hal itu kini telah disalah artikan oleh
sebagian kelompok yang menamakan diri mereka Islam garis keras. Bagi mereka
jihad adalah perang, padahal seharusnya tidak melulu demikian. Masih banyak
cara lain untuk mendamaikan dua kubu yang saling berseteru, antara lain dengan
perundingan yang nantinya menghasilkan hasil mufakat.
Namun
nampaknya perilaku anarkis ini telah merambah ke dunia pelajar dengan
tawurannya, berangkat ke sekolah bukannya buku yang di bawa tapi berbagai
peralatan tani yang ada dalam tas mereka. Apa sebenarnya hal yang membuat para
murid yang dulunya penuut duduk di bangku kelas ini menjadi liar di jalan
dengan membawa alat pukul bak preman pasar. Mungkinkah sang Guru telah salah
dalam mendidik mereka atau karena pergaulan keseharian mereka yang lebih dominan
dengan kekerasan.
Pelajaran
tentang keramahan, saling menghormati, toleransi, pemaaf seakan dilupakan oleh
para penerus bangsa ini. Lalu mau dibawa kemanakah bangsa ini di masa depan.
Masalah di negeri ini serasa makin lengkap saja dengan berbagai kerumitannya.
Kaum terpelajar yang menemukan identitas barunya, tawuran. Elite politik yang
makin doyan dengan uang sogokan. Kemiskinan, pengangguran, hutang Negara yang
bukannya berkurang malah justru makin banyak. Itulah potret negeri kita.
Comments
Post a Comment
bismillahi....