Pendidikan Seumur Hidup ( Long Life Education )


Konsep  Pendidikan Seumur Hidup ( Long Life Education )

            Pendidikan seumur hidup adalah suatu konsep, suatu idea. Gagasan pokok dalam konsep ini adalah bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung selama seseorang belajar di lembaga-lembaga pendidikan formal. Tetapi seseorang masih dapat memperoleh pendidikan lagi setelah ia selesai menjalani pendidikan formal. Ditekankan pula dalam konsep ini, bahwa pendidikan dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung terus menerus sepanjang kehidupan seseorang.1
     Konsep pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh para pakar pendidikan dari zaman kezaman. Apalagi bagi umat islam, jauh sebelum orang-orang barat mengangkatnya, Islam sudah mengenal pendidikan seumur hidup, sebagai mana dinyatakan oleh hadits Nabi SAW yang berbunyi


اطلب العلم من المهد الى اللحد
Artinya: tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal dunia.
    Azas pendidikan seumur hidup itu merumuskan suatu azas bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinue, yang bemula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal, non formal maupun formal baik yang berlansung dalam keluarga, disekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat.2
Didalam UU Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan dalam pasal 13 ayat (1) yang berbunyi: "Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya". Jadi dapat pula dikatakan bahwa pendidikan dapat diperoleh dengan 2 jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan diluar sekolah. Jalur pendidikan sekolah meliputi pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dan jenis pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.

Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah meliputi pendidikan nonformal dan informal. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembalikan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta mengembangkan sikap keprobadian hidup. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan peserta didik.
Pendidikan informal yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. pendidikan keluarga termasuk jalur pendidikan luar sekolah merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Pendidikan keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, ketrampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarganya yang bersangkutan. peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar pada setiap saat dalam perjalanan hidupnya sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing.
"setiap warga Negara berkesempatan seluas-luasnya untuk menjadi peserta didik melalui pendidikan sekolah ataupun luar sekolah dengan demikian, setiap warga Negara diharapkan dapat belajar pada tahap-tahap mana saja dari kehidupanya dalam mengembangkan dirinya sebagai manusia Indonesia ".3

  1. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup .

Implikasi disini diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan. Dengan demikian maksudnya adalah sesuatu yang merupakan tindak lanjut atau follow up dari suatu kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan pendidikan seumur hidup.
Penerapan azas pendidikan seumur hidup pada isi program pendidikan dan sasaran pendidikan di masyarakat mengandung kemungkinan yang luas. Implikasi pendidika seumur hidup pada program pendidikan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu:
    1. Pendidikan baca tulis fungsional
Program ini tidak saja penting bagi pendidikan seumur hidup dikarenakan relefansinya yang ada pada Negara-negara berkembang dengan sebab masih banyaknya penduduk yang buta huruf, mereka lebih senang menonton TV, mendengarkan Radio, Mengakses internet dari pada membaca. Meskipun cukup sulit untuk membuktikan peranan melek huruf fungsional terhadap pembangunan sosial ekonomi masyarakat, namun pengaruh IPTEK terhadap kehidupan masyarakat misalnya petani, justru disebabkan oleh karena pengetahuan-pengetahuan baru pada mereka. Pengetahuan baru ini dapat diperoleh melalui bahan bacaan utamanya.
    Oleh sebab itu, realisasi baca tulis fungsional, minimal memuat dua hal, yaitu:
  1. Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik.
  2. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya.

    1. Pendidikan vokasional.
Pendidikan vokasional adalah sebagai program pendidikan diluar sekolah bagi anak diluar batas usia sekolah, ataupun sebagai pendidikan formal dan non formal, sebab itu program pendidikan yang bersifat remedial agar para lulusan sekolah tersebut menjadi tenaga yang produktif menjadi sangat penting. Namun yang lebih penting ialah bahwa pendidikan vokasional ini tidak boleh dipandang sekali jadi lantas selesai.dengan terus berkembang dan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi serta makin meluasnya industrialisasi, menuntut pendidikan vokasiaonal itu tetap dilaksanakn secara kontinue.
    1. Pendidikan professional.
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup,dalam kiat-kiat profesi telah tercipta Built in Mechanism yang memungkinkan golongan profesional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut metodologi, perlengkapan, terminologi dan sikap profesionalnya. Sebab bagaimanapun apa yang berlaku bagi pekerja dan buruh, berlaku pula bagi professional, bahkan tantangan buat mereka lebih besar.
    1. Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan.
Diakui bahwa diera globalisasi dan informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan masyarakat, dengan cara masak yang serba menggunakan mekanik, sampai dengan cara menerobos angkasa luar. Kenyataan ini tentu saja konsekuensinya menurut pendidikan yang berlangsung secara kontinue (lifelong education).
Pendidikan bagi anggota masyarakat dari berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari azas pendidikan seumur hidup.
    1. Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik
Disamping tuntutan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dalam kondisi sekarang dimana pola pikir masyarakat. Yang semakin maju dan kritis, baik rakyat biasa, maupun pemimpin pemerintahan di Negara yang demokratis, diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan politik bagi setiap warga Negara. Pendidikan seumur hidup yang bersifat kontinue dalam koteks ini merupakan konsekuensinya.4

 3. Tujuan Pendidikan Seumur Hidup
Pada dasarnya tujuan pendidikan seumur hidup ini selalu bersifat culture bound, yang artinya terikat oleh lingkungan cultural. Dimana pada mulanya tujuan gerakan ini semata-mata bersifat individual, yakni untuk memperkaya kehidupan rohani atau kehidupan intelektual seseorang.
Dengan terus menerus belajar seseorang akan dapat memperbarui pengetahuannya secara terus menerus pula, dia tidak akan ketinggalan zaman. Hal ini terutama penting untuk mereka yang sudah memasuki usia lanjut, dengan pengatahuan yang selalu diperbarui ini, mereka tidak akan terasing dari generasi muda. Mereke tidak akan menjadi sinile atau pikun secara dini dan akan tetap memberikan sumbangannya terhadap kehidupan dilingkungannya.
Pada taraf perkembamngan  selanjtnya gerakan pendidikan seumur hidup ini mulai mengembangkan tujuan-tujuan yang bersifat social. Mulai disadari bahwa kegiatan ini tidak hanya menguntungkan perseorangan saja, melainkan juga bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Apabila mayoritas anggota-anggota suatu masyarakat tetap melibatkan diri dalam kesibukan belajar sertelah mereka memasuki berbagai lingkungan pekerjaan, maka pada umumnya masyarakat semacam itu akan menjadi lebih dinamis, lebih mudah menerima gagasan-gagasan pembaruan, dan lebih mudah pula memahami interdependensi serta interaksi yang ada antara dirinya dengan masyarakat-masyarakat lain. Suatu masyarakat dengan kegiatan pendidikan seumur hidup yang intensif dan ekstensif akan lebih mudah membangun dirinya daripada masyarakat yang tidak mengembangkan kebiasaan untuk belajar secara terus menerus.
Praktek yang berlaku sampai sekarang ialah bahwa setiap kelompok yang terlibat dalam kegiatan pendidikan seumur hidup menentukan sendiri tujuan-tujuan apa yang ingin dicapainya dengan kegiatan ini. Prinsip ini berlaku pula untuk progam-progam pendidikan seumur hidup yang diselenggarakan pada taraf regional dan nasional. Setiap daerah atau Negara bebeas merumuskan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya melalui program-program pendidikan seumur hidup yang diselenggarakannya. 5    





1    Dr. Muchtar Buchori, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia  ( Yogya: PT. Tiara Wacana,1994 ) 21
2    Hasbullah, Dasar dasar ilmu pendidikan (Jakarta, Rajawali Pers,2001)38
3    Undang-Undang  No. 20, SISDIKNAS ( Bandung, Citra umbara,2003)
4    Rahardjo Mudya, Pengantar Pendidikan ( Jakarta, Rajawali Pers,2001)45
5    Dr. Muchtar Buchori, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia  ( Yogya: PT. Tiara Wacana,1994 ) 22

Comments

Popular posts from this blog

Kurikulum Sebagai Sistem Dan Komponen-Komponen Sistem Kurikulum

Sejarah ilmu mantiq

makalah HADITS TENTANG NIAT MENCARI ILMU