hadis tentang menjahui riya' / pamer



HADITS TENTANG MENJAUHI RIYA’ / PAMER


A.    Hadits
باب من قاتل للرياءوالسمعة استحق النار
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَبِيبٍ الْحَارِثِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ قَالَ تَفَرَّقَ النَّاسُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ لَهُ نَاتِلُ أَهْلِ الشَّامِ أَيُّهَا الشَّيْخُ حَدِّثْنَا حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ و حَدَّثَنَاه عَلِيُّ بْنُ خَشْرَمٍ أَخْبَرَنَا الْحَجَّاجُ يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ قَالَ تَفَرَّجَ النَّاسُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ لَهُ نَاتِلٌ الشَّامِىُّ وَاقْتَصَّ الْحَدِيثَ بِمِثْلِ حَدِيثِ خَالِدِ بْنِ الْحَارِثِ.[1]

B.    Artinya  :       
Abu Hurairah r.a juga meriwayatkan, katanya : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Orang pertama yang akan diputuskan pada hari kiamat nanti ialah seorang yang gugur sebagai syahid di medan perang, dia dikenalkan tentang kenikmatan, lalu ia pun mengenalnya. Setelah itu Allah menanya: Untuk apa yang engkau perbuat dalam perang itu? Jawabnya: Saya berperang demi nama-Mu hingga aku mati.  Dijawab oleh Allah: Engkau berdusta, tetapi engkau berperang (dengan niat) supaya dikenal pemberani. Setelah dijawab demikian, kemudian diperintahkan untuk diseret ke neraka dengan tengkurap. Selanjutnya dihadapkanlah seorang terpelajar dan mengajarkan ilmunya serta membaca Al-Qur'an dengan baik. Setelah dihadapkan, dan diperkenalkan akan kenikmatannya, dan ia pun mengenalnya, lalu ditanya: Untuk apa engkau lakukan itu semua? Dijawabnya: Saya pelajari ilmu itu dan saya ajarkannya serta kubaca Al-Qur'an semata-mata demi nama-Mu. Jawab Allah: Engkau berdusta, tetapi engkau belajar ilmu supaya engkau dikenal sebagai seorang alim, dan engkau baca Al-Qur'an supaya dikenal sebagai qori' (ahli baca Al-Qur'an). Setelah itu, kemudian diperintahkannya supaya diseret dengan tengkurap, lalu dilempar ke dalam neraka. Berikutnya adalah seorang yang dikaruniai Allah harta yang berlimpah dan telah mendermakan berbagai macam hartanya itu. Setelah dihadapkan, lalu dikenalkan semua kenikmatannya, dan ia pun mengenalnya, lalu ditanya: Untuk apa semua itu engkau lakukan? Jawabnya: Tiada suatu pun jalan (sarana) yang Engkau anjurkan membelanjai, melainkan pasti saya sumbang, semata-mata demi nama-Mu. Jawab Allah: Engkau berdusta, tetapi engkau lakukan itu semua supaya engkau dikenal seorang dermawan. Setelah semua terjawab, kemudian diperintahkannya supaya diseret dengan tengkurap untuk dilempar ke dalam neraka. (HR. Muslim)[2]

C.    Penjelasan      
Apa yang disebutkan dalam hadits di atas adalah sebuah contoh nasib orang yang riya'. Dan ketiga orang tersebut dijadikan contoh, karena mereka itu dapat dikatakan sebagai "soko guru agama'. Yakni, ketika orang itulah yang bisa membawa kejayaan Islam: ilmu, harta dan juang. Dengan asumsi atau qiyas aulawi kalau orang-orang soko guru agama berakhir dengan masuk neraka karena riya', apalagi yang bukan soko guru. Begitu besarnya bahaya riya', karena itu kata DR. Al-Husaini, "hadits ini mengingatkan kiat akan bahaya riya', sampai-sampai riya' dijadikan pemeriksaan amal yang pertama di akhirat kelak. Diantara tokoh yang diajukan ialah syuhada', ulama' dan dermawan. Kendati kelihatannya semua itu dilakukan demi ridha Allah, tetapi kenyataannya tidak demikian". Ini, suatu peringatan bagi kita sekalian, kiranya kita harus bersusah amal-amal kita , sekecil apa pun, hendaknya demi ridha Allah.[3]







D.      Hadits Pendukung
Riya berasal dari kata ra'aa – yaraa artinya melihat. Maksudnya, yaitu: Suatu perbuatan baik/ibadah yang diperlihatkan kepada orang lain supaya mendapatkan pujian. Padahal seharusnya semua perbuatan baik/ibadah itu hanya diperlihatkan kepada Allah,

Hadist Rasullulah SAW

وَعَنْ أَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلٌمَ يَقُوْلُ : ((قَالَ الله تَعَالىَ : أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشَّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِىْ ، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ)) (رواه مسلم)

1637. Abu Hurairah ra meriwayatkan, katanya : Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : Allah telah berfirman (dalam hadis qudsi) "Aku sama sekali tidak membutuhkan semua sekutu dan persekutuan. Karena itu siapa yang beramal suatu amalah yang dalam pengamalannya itu terdapat persekutuan kepada-Ku dengan selain aku, maka akan kutinggalkan dia berikut sekutunya itu". (HR. Muslim).

فَأَرَوا اللهَ فِيْهِ الخَيْرَا فَإِنَّ الشَّقِىَّ مَنْ خُرِمَ فِيْهَ رَحْمَةَ اللهِ (رواه الطبرانى)






Artinya :
Maka perlihatkanlah kepada Allah kebaikan darimu di bulan ramadhan itu, karena orang yang celaka adalah orang yang pada bulan tersebut terhalang dari mendapatkan rahmat Allah (HR. Thabrani) 

Maka, memperlihatkan amal kebaikan kepada manusia dengan mengharapkan pujiannya, sama halnya dengan memuji orang tersebut. Karena itu riya' dapat digolongkan syirik.[4] Yaitu,syirik ashqhar (kecil), sebab ada indikasi menyamakan Allah dengan orang, dalam hal sama-sama ingin mendapatkan pujiannya. Hal ini dipertegas oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits beliau.
أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَى أٌمَّتِى الشِّرْكُ الصَّغِيْرُ وَهُوَ الرِّيَآءُ (رواه مسلم)
Artinya :
Syirik yang paling kukhawatirkan terhadap umatku adalah syirik yang sangat samar, yaitu riya'  (HR. Muslim)[5]

وَعَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ سُفْيَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ، وَمَنْ يُرَائِيْ يُرَائِي اللهِ بِهِ). (متفق عليه. رواه مسلم أيضا من رواية ابن عباي رضي الله عنهما)

1640. Junub bin Abdullah bin Sufyan r.a meriwayatkan, katanya : Rasulullah saw bersabda : Siapa yang memperdengarkan (amal baiknya) kepada orang lain, maka Allah memperdengarkan (kejelekannya) kepada orang lain, dan siapa yang memperlihatkan (amal baiknya kepada orang lain untuk mendapatkan pujian), maka Allah akan (membahas) memperlihatkan (kejelekannya kepada orang lain). (HR. Bukhari da Muslim)
Memperdengarkan dalam istilah Arabnya disebut "sum'ah" yaitu memberitahukan amal baiknya kepada orang lain yang tidak mengetahuinya, agar mendapat pujian. Sama halnya dengan riya'. Bedanya, kalau riya' perbuatannya itu disaksikan orang lain, sedang sum'ah itu amalnya tidak dilihat orang lain yang diberitahu itu. Tujuannya sama, yaitu supaya mendapatkan pujian. Perbuatan seperti itu dinilai oleh Allah sebagai perbuatan yang tidak ikhlas. Karena itu akan dilakukan pembalasan, dengan cara memperlihatkan dan memperdengarkan kejelekannya dihadapan orang lain. Dan juga menghapuskan amal yang dilakukan.[6]




DAFTAR PUSTAKA


-      Imam Zakariya Tahya Ibnu Sarafin Nawawi, Shoheh Muslim. Darul Fiki. 2004.
-      Imam Nawawi, Syarah Riyadhush Sholihin S. Surabaya : PT Bina Ilmu. 2005.
-      At-Tamimi, Muhammad, Kitab Tauhid, Jakarta : Darul Haq, 2002.


[1] Imam Abi Zakariyah Yahya Ibnu Sarafin Nawawi, Shoheh Muslim Jus 7 (……….. darul Fikri, 2004) 43-44.
[2] Imam Nawawi, Syari'ah Riyadhus Shalihin 5 (Surabaya, PT Bina Ilmu, 2005) 169-170
[3] Imam Nawawi. Syariah Riyadhush Sholihin S. (Surabaya, PT Bina Ilmu 2005) 170-171
[4] Ibid. 167. 
[5] Syaikh Muhammad At-Tamami, Kitab Tauhid, (Jakarta : Darul Haq, 2002, 25. 
[6] Imam Nawawi, Syarah Riyadhus Shalihin 5 (Surabaya : PT. Bina Ilmu. 2005), 172

Comments

Popular posts from this blog

Kurikulum Sebagai Sistem Dan Komponen-Komponen Sistem Kurikulum

Sejarah ilmu mantiq

PENDIDIKAN PONDOK PESARNTREN HUDATUL MUNA 1 JENES