SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN DI PONDOK PESANTREN “DARUL ARIFIN” PINGGIRSARI PONOROGO

1. Sejarah Pondok Pesantren Darul Arifin

A. Biografi Pendiri

Dalam mendirikan pondok pesantren “Darul Arifin” tidak berdiri ataupun didirikan oleh seorang tokoh saja, tidak seperti pondok lain yang pada umumnya didirikan oleh seorang tokoh saja. Tetapi pondok ini didirikan oleh beberapa orang yang bisa dikatakan anak turun dari Mbah Arifin, yang mana anak turun mbah Arifin beserta para tokoh di desa Pinggirsari sepakat mendirikan pondok pesantren ini. Sehingga pimpinan dari pondok ini terdiri dari dua yakni Kyai da pengasuhnya berbeda dan struktur kepengurusannya selain dari orang pondok pesntren sendiri tetapi juga ada dari masyarakat sekitar yang ikut serta dalam mendirikan pondok ini, yang mana bapak Kyai Abdul Wahib dan pengasuhnya Drs. H. Syamsul Giatno M. Pd.

Diantara biografi para pendiri pondok pesantren yaitu:

a. KH. Abdul Wahib [1]

Beliau merupakan orang kelahiran dari desa Pinggirsari Ponorogo dukuh Tepeng yang masih merupakan anak turun Mbah Arifin. KH. Abdul Wahib mempunyai istri bernama “Umi Rosyidah” yang berasal dari desa Sedah Jenangan Ponorogo. Atas pernikahannya tersebut dikaruniai lima orang anak yang terdiri dari 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Yakni Zubaidi, Isnani, Nurul Hidayati,M. Nur Yasin dan yang terakhir Burhan Tohari.

Pendidikan yang pernah ditempuh:

- Mondok di Termas Pacitan selama 3 tahun keluar pada tahun 1958.

- Mondok di Tlasem rembang selama 3 tahun pada tahun 1961-1964.

Pengalaman:

- Guru madrasah Mu’alimin mulai tahun 1963-2000.

- Menjadi pengasuh dan pembimbing pondok pesantren Darul Arifin dari awal berdiri hingga sekarang.

b. Drs. Syamsul Gianto M. Pd [2]

Bapak Syamsul Giatno merupakan orang asli Jabung Mlarak Ponorogo.Yang dilahirkan dikota reog Ponorogo 27 April 1954.Yang kemudian berpindah ke desa pinggirsari Ponorogo mengikuti istrinya yakni Bu Nurul Khoiriyah yang merupakan masih anak turun mbah Arifin yang sampai sekarang tinggal di jalan Nyai Serang no 14 Tepeng Pingir sari Ponorogo RT 02 RW 01.

Pendidikan yang pernah ditempuh :

Pendidikan non formal :

- Ponpes Manarul Huda Gandu Mlarak Ponorogo dari madrasah Ibtidaiyah sampai Aliyah yang lulus pada tahun 1965.

- Ponpes Mojorejo lulus tahun 1967.

- Ponpes Modern kota lama pada tahun 1967-1973

- Ponpes Modern Bulu Lawang Batu Malang tahun 1967-1968

- Ponpes Modern Darussalam Lampung Utara pada tahun 1966

Pendidikan formal:

- Sekolah rakyat (SR) /SDN jabung lulus pada tahun 1966

- PGAP selama 4 tahun lulus tahun 1975

- PGAA selama 6 tahun 1977

- FKIP Muhamadiyyah malang lulus tahun 1984 sebagai sarjana muda

- STKIP PGRI Madiun tingkat doktoral tahun 1986

- Universitas kejuruan Pendidikan IPS setara SI lulus tahun 2005

Pengalaman:

- Guru MTs/MA pembangunan di Mlarak tahun 1977-1980

- SMP Muhamadiyyah 2 tahun 1977-1986

- SMA Muhamadiyyah 2 tahun 1977-1990

- Kepala sekolah SPMBA tahun 1980-1984

- Guru SMA Negeri 1 Slahung tahun 2002-2003

- Pengawas sekolah menengah tahun 2003 sampai sekarang

- Kepala sekolah MA Darul Arifin dari Awal mula 1996 sampai sekarang

- Pengasuh Ponpes Darul Arifin 1986 sampai sekarang

B. Latar Belakang Pondok Pesantren Darul Arifin [3]

Awal berdirinya pondok pesantren “Darul Arifin’ sangat jauh dari dahulu yang merupakan cikal bakal pondok. Sebelum pondok pesantren “Darul Arifin” terbentuk yang seperti sekarang, ada banyak tahap dan beberapa periode. Yang mana paling awal dahulu sudah ada pondok salafiyah yang mana saat itu juga banyak santrinya dan bertahan lama tetapi mulai kapan adanya pondok dan menjadi surut hingga tidak berpenghuni lagi tidak diketahui pasti dikarenakan orang yang lebih tahu tentang hal itu sudah tidak ada.

Selang beberapa tahun lamanya tidak ada aktifitas seperti santri pondok yang bisa dilakukan oleh banyak santri. Sekitar tahun 1995/1996 muncul anak turun mbah Arifin yang bernama bapak Mukharor berinisiatif ingin meramaikan masjid lagi dengan cara membawa santri dari Demak yang bernama bapaka Mu’alim Anwar yang merupakan hafidz Qur’an diajak pindah dan tinggal di desa Pinggirsari Ponorogo untuk membantu meramaikan kegiatan di masjid dan masyarakat sekitar yang haus akan ilmu pengetahuan agama. Akhirnya, bapak Mu’alim Anwar bersama keluarga menyetujui tinggal di Pinggirsari Ponorogo.

Pondok tersebut sering dikenal dengan pondok salafiyah khusus hafidz Qur’an yang mana kurikulumnya dengan mengacu kurikulum:

- Qiroatul Qur’an (bin Nadhor)

- Qiroatul Qur’an (bil Ghoib)

- Pengkajian kitab-kitab kuning.

Yang mana lembaga tersebut termasuk pendidikan non formal dan santrinya kebanyakan anak laki-laki kegiatan pondok pesantren tersebut diketuai / dibina langsung oleh bapak Mu’alim Anwar. Semakin lama santrinyapun bertambah banyak, selain pendidikan tersebut untuk santri pondok tetapi juga anak-anak bahkan masyarakat sekitar pondok juga mendapatkan pengajaran tentang berbagai macam ilmu pembinaan dalam memahami Al-qur’an secara baik dan benar. Masyarakat sekitar sangat mendukung adanya pondok tersebut karena selain pembinaannya bersifat tanpa pamrih, sopan, ramah tamah, dan leluasa. Santrinya pun diajarkan bersosialisasi yang sangat baik seperti meganggap saudara dengan masyarfakat sekitar, saling membantu dalam berbagai bidang seperti pertanian dan pembangunan. [4]

Apabila ada masyarakat membutuhkan bantuan dalam mengerjakan lahan pertanian ataupun butuh jasa dalam membangun, sudah terbiasa saling membantu tanpa sungkan. Pondok pesantren salafiyah yang dibina oleh bapak Mu’alim Anwar bertahan kurang lebih 2,5 tahun hampir 3 tahun. Semua angota masyarakat sangat terbina dengan kegiatan pondok. Tapi sungguh disayangkan Karena adanya suatu hal pondok ini pindah ke Tegalsari Jetis Ponorogo.

Seiring bergantinya waktu para pejuang tidak putus asa ingin memajukan daerah Pinggirsari, tidak lain yaitu anak cucu dari Mbah Arifin yang bernama Ibu Futiati Romlah yang masih saudaranya dari bapak Mukharor dan Ibu Nurul Khoiriyah berjuang kembali mendirikan sekolah diniyah untuk anak-anak sekitar pondok. Yang pada saat itu santrinya cukup banyak entah karena yang menangani di bidang itu ada yang berpindah dari asrama dan belum ditemukan guru ahli dibidang tersebut. Sehinga lambat laun karena menjalankan madrasah diniyah tidak ada yang meneruskan menjadi vakum kembali.

Saat itu ibu Futiati Romlah tinggal di Gandu Mlarak Ponorogo dengan suaminya yakni pak Jayadi mendirikan madrasah Tsanawiyah (MTs) dan madrasah Aliyah (MA). Diantara santrinya rumahnya dari jauh dan sebagian di suruh tinggal di asrama di Pinggirsari yang dulu dibuat pondokan yakni dirumah Mbah Saleh yang masih ada hubungan kekerabatan dari mbah Arifin. Setelah berjalan lama dirasa kasihan jarak tepat tinggal dan sekolah cukup jauh dan dari berbagai daerah. [5]

Selam alasan tersebut, dipagi hari mereka sekolah formal yang jaraknya jauh, ketika sore kosong tidak ada kegiatan sama sekali, sehingga sore diisi dengan materi tambahan yaitu kitab kuning yang bisa dikaji oleh pondok salaf. Maka terbesit untuk mendirikan pondok pesantren. Sehingga ibu Futiati , pak Jayadi, pak Syamsul Giatno, ibu Nurul Khoiriyah bersama para tokoh di desa Pinggirsari berinisiatif membangun asrama untuk menampung santri serta mendirikan lembaga formal yakni MTs dan MA Darul Arifin sekitar tahun 1997. Tetapi sebelum membangun juga mendirikan yayasan darul Arifin yang tercatat juga apda tahun 1997/1998 yang berstatus swasta. Yang mana lembaga formal MTs dan MA tersebut sibawah nauangan yayasan darul Arifin. Selain lembaga formal tersebut yang merupakan dibawah naungan yayasan ini yakni pondok pesantren darujl Arifin dan panti asuhan Munirul Islam yang dahulu sudah ada tetapi baru tahun 2005 terdaftar di dinas sosial.

C. Sejarah Pandangan Masyarakat tentang Pondok Pesantren “darul Arifin” [6]

Awal terbentuknya pondok akhir, awal-awalnya mendukung sepenuhnya, akan tetapi lama-kelamaan merasa agak terganggu dan tidak mendukung dengan alasan wakil dari pondok yang bisa dikatakan pimpinan pondok yang kurang dipercaya dengan masyarakat dengan alasan sebagai penghalang berjalannya pondok sebagaimana diketahui masyarakat sekitar mendukung jika masyarakat diajak musyawarah dalam membangun pondok bersama-sama.

Selang waktu pergantian pemimpin selanjutnya mempunyai gagasan pendiri bukan sebagai pemimpin yang kemudian mampu membuktikan kepada masyarakat bahwa pondok merupakan milik masyarakat pribadi atau perseorangan yang menegaskan musyawarah dalam membangun pondok baik dikala susah atau senang dirasakan bersama-sama.

2. Kurikulum Ponpes

Setiap lembaga pendidikan selalu mempunyai kurikulum dalam mengajarakan ilmu pengtahuan agar lembaga tersebut bisa terus maju dan berjalan lancar sesuai yang diharapkan. Selain itu, setiap lemabaga pasti mempunyai kurikulum yang berbeda dengan lembaga lain agar lembaganya dianggap lebih berhasil dari yang lain yang merupakan cara strategis yang dipilih suatu lembaga.

Tidak lain, dipondok pesantren darul Arifin yang mempunyai 2 metode yang model salafiyah yang masih mengkaji kitab-kitab klasik yang sering disebut kitab kuning yang sangat bermacam-macam dan memahami Al-Qur’an. Selain itu dinamakan lembaga non formal, serta metode modern yakni yang berjenjang pendidikan formalyakni sekolah MTs dan MA. Yang mana kurikulum yang dipakai pondok pesantren Darul Arifin yakni mengikuti kurikulum Departeman Agama (Depag) dan kurikulum Negara. Yang mana setiap tahunnya mengikuti ujian Negara seperti sekolah formal yang lain tingkat MTs dan MA. [7]

Materi yang diajarkan pondok. Ada beberapa macam materi dari pendidikan umum juga langsung diajar pendidikan pondok seperti :

Kd

Pelajaran

Kd

Pelajaran

Kd

Pelajaran

Kd

Pelajaran

1

Fiqh

10

Usul Fiqh

19

Shorof

28

Tafsir

2

Qurdis

11

H. Bulug

20

Akutansi

29

Hadits

3

Aqidah A

12

Sejarah

21

Tarjamah

30

Tajwid

4

B. Inggris

13

Ekonomi

22

Mutholaah

31

Imla’

5

Geografi

14

Sosiologi

23

Biologi

32

Insa’

6

Fisika

15

Kwarneg

24

Tik

33

Tarbiyah

7

Kimia

16

B. Indo

25

Bhs. Jawa

34

Mustholah

8

Matematika

17

B. Arab

26

Mahfudlot

35

B.Arab

9

Ski

18

Nahwu

27

B.Daerah

36

Khot


YAYASAN PONDOK PESANTREN “DARUL ARIFIN”

TEPENG PINGGIRSARI PONOROGO

Akta Notaris: No 2 Tanggal 2 Juni 2005

Alamat: Jl. Nyai SErang No. 14 Ponorogo Telp: 0352-484113

Kode pos : 63413


Susunan Dewan Pengurus podok Darul Arifin Pinggirsari Ponorogo [8]

A. Pelindung : Kepala Kelurahan Pinggirsari

B. Penasehat : Dr. H. Achmad Soenaryo

C. Pengurus :

- Ketua yayasan darul Arifin : Drs. H. Syamsul iatno, M. Pd.

- Pegasuh Pondok : KH. Abdul Wahib

- Sektretaris : Muhsin

- Bendahara : Suhari

D. Seksi-Seksi :

- Pendidikan : K. Slamet mashudi I.

Margono S.Ag

- Kerohanian : Drs. KH Mujiono

K. Khoirul Fikri

- Humas : Sugiharto, S. Pd.

Drs. Jemito

- Umum : Amirul Mursidin S. Pd.

Bambang Jemari

- Kemananan : Mansur

Misman

3. Profil Pondok Pesantren Darul Arifin

Nama Lembaga : Pon-pes darul Arifin

Alamat Kantor : Jl. Nyai Ageng Serang No. 14 Pinggirsari Po

Akta Notaris yayasan : No 01 tanggal 2 juni 2005

Status : Swasta

Tahun Berdiri : 1997

Dibawah naungan : Yayasan Darul Arifin

Telephon : 0352- 462627

4. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah

Visi Pondok

Menuju santri berakhlak mulia , terampil, berkualitas di bidang IPTEK dan IMTAQ

Misi Pondok

1. Menjalankan pendidikan sesuai kurikulum pendidikan nasional, departemen agama dan pondok pesantren.

2. Membantu santri berakhlak mulia dan budi pekerti luhur

3. Meningkatkan prestasi akademik dan ekstra kurikuler

4. Mengoptimalkan penggunaan teknologi pembelajaran sebagai media

5. Implementasi dan aktualisasi budaya Islami



[1] Bpk. KH. Abdul Wahib 7 Januari 2011 jam 10.30 WIB

[2] Bpk. Drs. H. yamsul Giatno 9 Januari 2011 jam 11.30 WIB

[3] Nurul Qoiriyah 6 januari 2011 jam 20.00 WIB

[4] Abdul Wahib 7 Januari 2011jam 10.30 WIB

[5] Siti Istirakah 9 januari 2011 am 20.00 WIB

[6] Nurul Khoiriyah 6 januari 2011 jam 20.00 WIB

[7] Samsul Giatno

[8] Amirul MUrsyidi 9 januari 2011 jam 17.30 WIB

Comments

Popular posts from this blog

Kurikulum Sebagai Sistem Dan Komponen-Komponen Sistem Kurikulum

Sejarah ilmu mantiq

PENDIDIKAN PONDOK PESARNTREN HUDATUL MUNA 1 JENES