RITUAL MAKAM MBAH DOSONO
A. DATA UMUM
Desa Ngares terletak disebelah Timur dari kota Trenggalek ataupun dari alun-alun Trenggalek. Awal-awalnya memang desa Ngares terbentang hutan yang lebat. Mata pencaharian para masyarakat desa Ngares adalah bertani dan berdagang, tapi masih diprosentasikan kebanyakan adalah petani. Letak desa kami juga tidak begitu pedalaman ataupun jauh dari desa. Dikarenakan Ngares masih termasuk Kecamatan dari Trenggalek. Masyarakat saat ini dalam maksud masyarakat Ngares mayoritas sudah beragama Islam. Jika kita lihat dari kontek sejarah yang awalnya masih belum beragama Islam. Islam pertama kali datang disebarkan oleh Mbah “Dosono” yang awalnya beliau prajirid Diponegoro. Beliau juga meninggal di desaNgares, letak makam beliau paling belakang/batas desa Ngares.Masyarakat desa Ngarespun jgamemiliki tradisi atau kegiatan atauadat istiadat yang dilakukan ataupun dinamakan ritual.
Maka dari itu penulis mencoba mengorek tentang “RITUAL MAKAM MBAH DOSONO” yang terletah di rt/rw: 19/05 Dukuh Ngares Desa Ngares Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek.
Desa Ngares memang terbentang gunung-gunung di belakang perbatasan desa Ngares. Maka dari itu pernah juga sebelum hari raya Idul Adha (sebelum magrib) malam takbir, sekitar 5 tahun yang lalu pernah desa Ngares terjadi musibah bencana alam yaitu longsornya gunung yang mengakibatkannya runtuhnya atau hancurnya rumah masyarakat Dukuh Temon desa Ngares kurang lebih sekitar 30 rumah penduduk dan terdapat 1 orang korban (laki-laki). Dan terjadinya, bencana tersebut mengakibatkan masyarakat juga bingung mencari pengungsian. Sebelum kejadian longsor memang waktu itu juga turun hujan dan sebagian masyarakat yang rumahnya dekat dengan makan Mbah Dosono mereka tau ada petir di arah timur letak makam beliau. Dan dengan kejadian bencana tersebut memang sebagai pelajaran masyarakat untuk selalu mengingat apa yang Allah inginkan pasti jadi maka jadilah.
Dan untuk orang-orang atau masyarakat yang terkena tersebut sekarang dipindah di tempat lain yang sekarang bernama Dukuh Tumpak Mulya Desa Ngares. Selain itu Makam Mbah Mburi atau Makam Mbah Dosono dahulu memang masih biasa dan di situ pandosa buat mengangkut mayat juga ditaruh di makan Mbah Dosono. Tapi sekarang wilayah atau sekitar Makam sudah dibatasi tembok, dan dikasih paping halaman sekitar makam. Dan dibuatkan bangunan khusus untuk kegiatan rutinan tahunan jadi para masyarakat bila akan mengadakan kegiatan rutinan tempat makam Mbah Dosono maka tidak perlu susah-susah untuk mendirikan terob.
Dengan di dekat makam Mbah Dosono juga terdapat mushola dan sekarang juga didirikan tempat ngaji anak-anak TPA yang mana mushola tersebut dinamakan MUSHOLA PAKAT HIDAYAH kenapa mushola tersebut dinamakan paket hidayah karena di sebelah makam juga terdapat pohon pakel yang di mana untuk kejelasan tentang pohon pakel tersebut penulis juga menceritakan di pembahasan.
Penulis dalam menceritakan ini sangat dibantu oleh 2 orang nara sumber yaitu Mbah mungit dan Bapak Mugiono yang mana Mbah Mungit sebagai sesepuh Desa kami yang mungkin cukup mengetahui sejarah Mbah Dosono dan juga dilengkapi penjelasan lainnya dari Bapak Mugiono. Penulis sengaja mencari nara sumber yang hanya sekitar dukuh Ngares Desa Ngares. Karena yang mungkin banyak tahu tentang kegiatan-kegiatan rutinitas desa Ngares tepatnya di sekitar Makam Mbah Dosono.
Dan penulis mungkin masih banyak kekurangan di dalam penulisannya. Dan mungkin ritual ini berdasarkan observasi dan wawancara dari nara sumber.
A. Sejarah Mbah Dosono “Mbah Buri”
Mbah Dosono adalah sesosok orang yang berasal dari kalangan prajurit di Ponegoro, yang mana beliau lalu pergi merantau dari Ponegoro menuju desa Ngares, Beliau pergi ke desa lalu karena ingin menyebarkan agama Islam di desa Ngares dan pada awalnya desa kami memanglah sangat minim masalah kegamaan. Walaupun awalnya memanglah masih banyak desa kami yang beragama hindu dan memakai adat istiadat agama hindu, tapi Beliau bisa merintisnya sedikit demi sedikit. Akhirnya, peradapan dan perkembangan Islampun mulai merekah, mayoritas dari desa kami pun beragama Islam. Dari adat hindu menjadi kebiasaan adat Islam pun dipakai.
Contohnya : orang meninggal sebelum datangnya mbah Dosono tidak ada adat darusan atau tahlilan sesudah 7 hari meninggal tapi setelah beliau datang menyebarkan agama Islam lalu diadakan tahlilan atau darusan bagi orang meninggal sesudah 7 hari dan setelah malam 7 hari di adakan slamatan. Dan masih banyak banget kegiatan – kegiatan Islam dilakukan masyarakat demi rintisan Beliau. Beliau juga terkenal orang yang sangat alim.
Dan pada akhirnya ajal menjemput beliau. Beliau meninggal di hari Jum’at Legi. Disini sumber sendiri juga belum tau tahun tepat beliau meninggal. Adapun letak makam mbah Dosono adalah di tempat paling belakang desa Ngares maksudnya sudah dekat dengan pegunungan – pegunungan belakang rumah masyarakat. Dan makam beliau berdiri sendiri I situ hanya ada makam beliau, beda tempat dengan makam orang – orang masyarakat lainnya. Maka dari itu masyarakat dari masyarakat kami biasa menyebut dengan “Makam Mbah Buri”. Banyak masyarakat yang mempercayai beliau adalah sosok orang yang sakti dna alim, begitu pula dipercayai oleh masyarakat kami. Beliau juga bisa dianggap keramat. Mbah Buri meninggal pada hari Jum;at legi, adapun masyarakat sekitar apabila mempunyai hajat ingin menikahkan anaknya pada hari itu tidak berani karea tidak baik bagi mereka.
Pada suatu ketika, pada waktu penjajahan kolonial Belanda kalau ada sirine datang lalu masyarakat bersembungi dan berkumpul di makamnya mbah Dosono, akhirnya Belanda tahu dan mereka berniat untuk merusak makam tersebut. Dan sebelum di rusak belanda berada di aera pemakaman akhirnyapun para penjajah belanda buta. Setelah itu pata penjajah belanda ingin berdamai dan meminta tolong masyarakat untuk mengatar pulang. Setelah kejadian itu Belanda tidak berani lagi masuk ke desa Ngares. Maka dari itu walaupun beliau Mbah Dosono “Mbah Buri” sudah meninggal tapi tetap bisa menjaga masyarakat kami, maka dari itu orang-orang percaya bahwa beliau dianggap keramat dan sakti.[1]
B. Kegiatan yang dilakukan masyarakat
Adapun masyarakat desa Ngares yang menginginkan untuk mempunyai hajat, atau khitanan maka dari pihak yang berhajat membuatkan sesjanen. Untuk sesajen tersebut antara lain : 1 telor ayam jowo, jeroan, cakar, dan kepala ayam di masak tidak terlalu matang memasaknya. Bunga dan kemeyan. Apabila pada waktu itu tidak membawa sesaji itu maka beliau akan menampakan harimau besar. Maka dari itu setiap hari masyarakat menyediakan sesajen tersebut.
Dan sebagian masyarakat pada waktu malam jum’at legi bulan ruwah ada yang sema’an Al-Qur’an, Shalawat terbangan ataupun jedoran, semua itu di tujukan kepada arwah mbah Dosono “Mbah Buri”. Untuk saat ini dibuatkan bangunan khusus untuk orang – orang masyarakat yang melakukan sema’an, di ba’an, sholawatan, terbangan lengkap dengan penerangan listrik adapun tempatnya bangunan tersebut juga di sekitar makam mbah Dosono”Mbah Buri”.
Dan pada waktu pagi hari melaksanakan slamatan dan orang – orang masyarakat membawa nasi gurih (nasi kuning) juga bisa, srondeheng yaitu (Kelapa muda di parut lalu di goreng dengan gula merah, bumbu, asem sampai warna coklat – coklat gitu) dan jenggereng yaitu (tempe dipotong kecil – kecil lalu di goreng dan telur ayam yang di masak rebus lalu slmatan tersebut di ikuti oleh masyarakat sekitar dan dihajat kan oleh kepala desa / sesepuh yang mewakilinya,.
Setiap satu tahun sekali sebelum kegiatan rutinan tersebut dilaksanakan para masyarakat pun membersihkan makam mbah Dosono dan rumah makamnya pun diganti sebab atabnya terbuat dari rumput alang – alang. Suatu ketika masyarakat menginginkan mencoba mengganti dengan atab dari genting, setelah jadi tidak lama kemudian orang – orang masyarakatpun pulang, lalu ada angin besar yang merubuhkan atab makam yang di ganti genteng tersebut. Akhirnyapun masyarakat lalu menggantinya lagi dengan rumput alang – alang. Begitulah keajaiban Allah.
Dengan banyak kegiatan – kegiatan tersebut masyarakat pun banyak yang juga sebang bersedekah waktu kegiatan yang bersifat gotong royong ataupun sema’an di tempat makam mbah Dosono. Sehingga dengan dukungan dan partispasi masyarakat kegitan rutinan tersebut berjalan dengan lancar.
Di desa Ngares juga ada pondok Pesantren tahfidz putra – putri yaitu Pondok Pesantren “ARROSYIDIYAH” yang diasuh oleh Yaitu K. Rosdi sendiri. Kyai Rusdi awalnya juga belum mengetahui keadaan pesantren / makam mbah Dosono. Tapi setelah beliau menikah dengan salah seorang perempuan desa kami lalu malam harinya beliau bermimpi ada cahaya diarah timur tepatnya makam mbah dosono. Paginyapun beliau bertanya kepada bapak mertuanya tentang mimpi beliau lalu bapak mertuapun menceritakan bahwasanya itulah makam mbah Danyang desa kami. Lalu kyai Rusdipun bersama santrinyapun pergi kepesantren setiap jum’at legi dan itu sudah menjadi kegiatan rutinan mereka.
Pondok tersebut pak yai dan para santrinya juga mengadakan kegiatan rutinan yang di laksanakan setiap hari Jum’at legi dan dilaksanakan pada waktu setelah subuh.. Disana yai dan para kang Santri membaca tahlilan yasinan dan do’a bersama untuk kegiatan siarah makam mbah Dosono ini sudah menjadi rutinan para santri dan kegiatan ini hanya untuk kalangan para santri pondok pesantren tersebut. Karena di desa Ngares juga cuma berdiri satu pondok pesantren tersebut. Meskipun letak jarak makam mbah Dosono berada di dukuh Ngares desa Ngares sedangkan letak pondok pesantren berada di dukuh tegalrejo ataupun biasanya orang – orang desa masyarakat kami memanggil desa tersebut dengan “dul kali” yang dimaksud disini letak desa tersebut berada di barat sungai desa kami.
Kegiatan para santri untuk siarah makam mbah Dosono tersebut, mereka berjalan kaki dari pondok. Walaupun pak yai tersebut, itu memunjukan betapa ta’dimnya para generasi muda Islam kepada mbah Dosono. Adapun untuk kegiatan inti rutinan Jum’at legi setiap tahun para santri mengikutinya.
Hanya saja untuk pembersihan makam para santri jarang mengikuti itupun di karenakan jarak pondoknya agak jauh dari makam mbah Dosono “Mbah Buri”. Pada waktu menjelang hari raya Idul Fitripun para masyarakat sekitar melakukan sekaran (nyekar) makam mbah Buri (mbah Dosono). Biasanya mereka berdo’a untuk arwah almarhum. Selang 2 hari sudah mulai ada masyarakat yang melaksanakan sekaran. Untuk masyarakat desa Ngares biasa kalau sekaran membawa bunga kenanga, pandan di potong kecil – kecil, bunga mawar, bunga melati, bogenfile. Lalu di kasih kemenyan. Setelah doa tahlilan dan yasinan selesai lalu bunga (sekar) biasa orang – orang masyarakat kami menamai bunga – bunga tersebut di atas yang dicampur kemenyan tersebut dengan “kembang cekar”
Masyarakat desa Ngares, orang – orang tua jaman dulu tidak memperbolehkan anak-anak atau keluarga mereka yang tidur dan kakinya menghadap utara (lor) karena kata orang – orang sepuh kami tidak punya adap dan sopan santun kepada beliau. Kata mDan di sebelah utara makam mbah Dosono tumbuh pohon pakel, yang mana mayarakat desa kami menganalisir bahwa pohon pakel tersebut sebagai pelambang kehidupan masyarakat desa Ngares maksud analisis para masyarakat sekitar kamipn perekonomianya lancar atau berkecukupan dan disebelah Selatan makam mbah Buri yang letaknyakurang lebih zoom terbentang sungai. Apabila pohon Pakel tersebut berbuah banyak maka sungai tidak akan terjadi banjir dan letak sungai berpindah-pindahereka bisa dibilang kualat kalau bahasa jawanya.
C. Visi dan Misi Masyarakat
Sebagian besar masyarakat sangat setuju atau mendukung atas adanya kegiatan “Semaan, dia bersama atau sekaran (nyekar) yang juga di sertai slamatan di tempat makam “Mbah Dosono” tersebut. Karena mengingat begitu berfungsi dan peran penting beliau dalam menegakkan Islam di desa Ngares. Keinginan ataupun visi dan misi masyarakat antara lain : dengan kegiatan – kegiatan Islami yang diadakan di makam Mbah Dosono tujuan mereka :
- Mendoakan arwah beliau semoga di terima di sisi Allah SWT bagitu juga anak turun beliau
- Mengingat begitu pentingnya beliau dalam peradapan Islam di desa kami dan masih begitu harum di desa kami
- Semoga dengan adanya kebiasaan adat – istiadat seperti itu para masyarakat tetap bisa mengembangkan agama Islam dan bisa menjadikan Islam agama yang kekal di desa kami.
- Dan dengan kegiatan – kegiatan yang kami adakan tersebut semoa masyarakat mendapatkan barokah (ngalaf barokah) dari beliau mbah Dosono
- Harapan masyarakat untuk selanjutnya semoga kegiatan – kegiatan yang kami lakukan untuk doa almarhum dan masyarakat sekitar bisa menajdi adat istiadat (kebiasaan) masyarakat karena dengan kegiatan tersebut masyarakat bisa lebih bisa merasakan keagungan Allah.
Adapun masyarakat yang tidak menyetujui tidak ada, dikarenakan dari semua pihak masyarakat kami beragama Islam. Jadi para masyarakat setuju dengan kegiatan atau mengakui bahwa mbah Dosono lah yang menyebabkan agama Islam ke desa kami. Walaupun pada waktu kegiatan rutinan yang dilakukan di desa kami tepatnya dimakam Mbah Dosono tersebut tidak semua nasyarakat mengakui secara aktif tapi mereka tetap mendukung dan merespon kegiatan tersebut. Entah dengan cara lain.[2]
Comments
Post a Comment
bismillahi....