RITUAL DI MAKAM MBAH NGGOLO DI DESA PINGGIRSARI PONOROGO



A.    Sejarah [1]
Menurut salah satu sumber terpercaya, yang rumahnya terletak di dekat rumah mbah Nggolo. Yang mana sumber tersebut merupakan orang asli dari desa Pinggirsari. Nama asli mbah Nggolo adalah Kasiran, tetapi lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Mbah Nggolo atau Kasiran Nggolo. Beliau adalah bukan orang asli orang Pinggirsari, tetapi berasal dari desa Nambangrejo Sukorejo Ponorogo.
Mbah Nggolo pindah ke desa Pinggirsari dikarenakan menikahi orang asli daerah tersebut yang bernama Ibu Mini. Dan beliau akhirnya menetap di desa Pinggirsari tepatnya di RT/RW: 03/02 Dukuh Nggenuk Desa Pinggirsari Ponorogo. Hasil pernikahannya tersebut, Mbah Nggolo dikaruniai seorang anak saja yang bernama Kuriati atau Riati yang biasa di panggil masyarakat dalam kesehariannya.
Nama Mbah Nggolo sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat pinggirsari dan sekitarnya pada tahun 1950an sampai tahun 1971. kapan waktu ketika beliau menikah dengan bu Mini sekaligus mulai beliau menetap di Desa Pinggirsari tidak diketahui pasti, begitu pula dengan mulainya nama Mbah Nggolo dikenal oleh khalayak sebagai “DUKUN PEREWANGAN”. Dukun Perewangan adalah seseorang yang dianggap oleh orang banyak mampu membantu segala urusan yang mereka hadapi terselesaikan, yang mana orang tersebut membantu pasiennya (orang yang membutuhkan bantuan) dalam masalah urusannya dengan bantuan syetan, jin, ataupun makhluk halus. Ternyata kriteria tersebut dimiliki oleh Mbah Nggolo, oleh sebab itu beliau dikenal masyarakat dengan sebutan “DUKUN PEREWANGAN”. Waktu itu desa Pinggirsari di pimpin oleh bapak lurah Hartono.
Pada saat itu, orang yang datang kerumah Mbah Nggolo tidak hanya dari masyarakat Pinggirsari saja, tetapi dari berbagai daerah luar pinggirsari bahkan mencapai daerah luar Ponorogo. Yang mana orang-orang tersebut datang dengan membawa berbagai keperluan yang berbeda-beda. Mbah Nggolo adalah sosok Dukun yang dianggap oleh masyarakat mampu menangani berbagai maslah. Diantara masalah yang dibantu oleh Mbah Nggolo :
  1. Membantu Pelarisan
Yakni orang yang datang tersebut mengharapakan sesuatu yang dijualnya atau barang dagangannya bisa laris manis terjual semua oleh semua para pembeli serta tidak menyebabkan barang dagangannya “ Bobrok” maksudnya barang yang dijual tidak laku di pasaran yang menyebabkan kerugian bagi penjualnya. Biasanya yang datang ini berprofesi sebagai pedangan.
  1. Membantu Menyembuhkan Berbagai Penyakit
Dalam hal ini, biasanya yang datang adalah orang-orang yang berpenghasilan minim dalam kesehariannya. Tetapi tidak jarang juga orang yang dianggap berpenghasilan lebih atau orang kaya juga banyak yang datang kerumah beliau dikarenakan berbagai alasan. Bagi yang berpenghasilan minim tidak mampu berobat ke dokter yang biayanya dianggap sangat membebani. Bagi orang kaya ada yang beralasan ingin cepat sembuh ataupun ada juga yang berpendapat sudah berputus asa debngan aturan dokter yang banyak, tetapi juga tidak kunjung sembuh.
  1. Membantu Kelancaran Dalam Menyelenggarakan Hajat Atau Acara
Dalam adat orang jawa banyak dilakukan berbagai acara atau hajatan yang besar-besaran. Karena desa Pinggirsari masih melaksanakan adat tersebut maka masyarakat yang menyelenggarakan acara biasanya pergi kerumah Mbah Nggolo agar dibantu dalam pelaksanaan acara dapat berjalan lanacar dan sukses tanpa ada gangguan apapun. Orang yang paling banyak datang kerumah beliau adalah orang yang akan menyelenggarakan acara resepsi pernikahan. Dalam acara resepsi pernikahan di daerah ini selalu  ada acara Becekan” yakni acara sebelum dilaksanakanya resepsi pernikahan. Biasanya banyak orang datang ke rumah yang mempunyai hajat tadi dengan membawa bahan makanan mentah seperti : beras, mie, bihun, kentang, gula, telur dll. Tetapi tidak semua barang itu dibawa oleh orang yang datang kerumah yang mempunyai hajat hanya seikhlasnya saja. Ini bisa dikatakan seperti membantu kepada orang yang mempunyai hajat. Setelah itu yang datang tadi “Mbecek” di waktu pulang diberi makanan yang sudah matang.
Dalam hal acara seperti ini Mbah Nggolo dikenal masyarakt dengan nama dukun Jahil, dikarenakan selalu mengganggu pada acara yang diselenggarakan apabila orang yang mempunyai hajat tersebut tidak minta tolong ataupun tidak mau memberikan makanan ke rumah beliau. Bahasa yang sering dipakai masyarakat setempat adalah tidak mau “Ater-ater Becek Atau Nonjok”. Maksudnya tidak mau memberika sebagian makanan yang diolah dalam acara hajatan acara tersebut. Baik dalam acara hajatan pernikahan ataupun hajan khitanan. Biasanya orang yang mempunyai hajat dan tidak mau minta tolong Mbah Nggolo diganggu. Banyak kejadian aneh dalam acara tersebut seperti orang yang membantu dalam acara tersebut ada yang kerasukan syetan, ada yang tiba-tiba pingsan sendiri tanpa sebab. Seelah banyak kejadian tersebut, masyarakat sebelum mengadakan hajatan apapun selalu kerumah beliau terlebih dahulu agar acaranya bisa berjalan lancar. Selain itu juga memberi “Kembang boreh” di bawah Pohon Asem besar di dekat rumah beliau.

Dalam ilmu perdukunannya beliau, Mbah Nggolo bekerja sama dengan Pak Slamet yang dulu juga pernah menjadi Lurah. Tetapi tentang kerjasamanya tersebut terlalu terlihat mencolok, hanya sebagian orang saja yang mengetahui kerjasamanya.
Kisah Mbah Nggolo sangat unik, beliau terkenal sebagai dukun yang pandai mengundang syetan, jin ataupun makhluk halus untuk membantu para pasiennya. Tetapi uniknya, beliau melakukan ibadah Sholat seperti yang lain. Masyarakat merasa heran, ko bisa melakukan sesuatu yang sangat bertolak belakang bersama-sama. Disisi lain Mbah Nggolo tetap melakukan syari’at islam seperti sholat. Tetapi disisi lain juga beliau melakukan perbuatan yang m,elanggar syari’at islam seperti meminta bantuan makhluk halus. Yang mana ini melanggar syari’at yang dapat dikatakan musyrik yakni lebih mempercayai selain Allah yang merupakan satu-satunya tempat bergantung dan minta pertolongan.
Pada tahun 1971 Mbah Nggolo telah di panggil sang kuasa diusia 65 tahun. Beliau meninggalnya dikarenakan sakit. Disaat menjelang syakarotul maut Mbah Nggolo berpesan kepada kelurganya karena saat itu seperti tidak rela jika akan ditinggalkan beliau. Pesan beliau “Nek aku durung diparengne dipundhut sing kuasa yo ra bakal dipundhut, trus nek awakmu sak kelurga durung lilo nek aku dipundhut sing kuasa, aku ruwaten kanthi nekane santri 100”. Maksud dari pesan itu “ jika aku (Mbah Nggolo) belum diperbolehkan Allah untuk diambil, maka tidak mungkin aku diambil(meninggal), jika kamu sekeluarga belum ikhlas jika aku diambil Allah(meninggal) maka lakukan ruwatan untukku dengan mendatangkan 100 santri”. Pesan tersebut dipenuhi oleh keluargany yakni melakukan ruwatan. Setelah melakukann ruwatan tersebut Mbah Nggolo meninggal dunia. Setelah itu hidup lagi, tetapi selang 10 hari beliau meninggal kembali. Saat meninggalnya Mbah Nggolo yang datang ta’ziah sat itu cukup banyak karena nama beliau sudah dikenal oleh masyarakat luas.

B.     Proses Dan Alat Dalam Ritual di Makam Mbah Nggolo [2]
Setelah Mbah Nggolo meninggal dunia, rumahnya menjadi sepi tidak seramai yang mendatangi seperti beliau masih hidup hanya tetangga ataupun saudaranya saja kembali seperti masyarakat yang lain. Itu dikarenakan keluarganya tidak ada yang meneruskan profesi sebagai Dukun Perewangan. Beliau dimakamkan di Pasarean di Dusun Segajah Desa Pinggirsari yang tidak terlalu jauh dari rumah beliau. Makamnya terletak di bawah Pohon Trembesi besar dibagian timur dekan sawah dan pohon tebu.
Sepeninggal Mbah Nggolo ada sebagian orang yang masih percaya dengan kepintaran Mbah Nggolo walaupun beliau sudah meninggal. Dari kepercayaannya tersebut ada sebagian orang sselalu datang  ke makam beliau setiap saat dia mau tidak mengenal waktu. Ternyata yang dilakukan di makam Mbah Nggolo yaitu melakukan ritual seperti berdo’a minta hajatnya tercapai. Menganggap walaupun lewat makam, beliau seperti masih hidup dan masih bisa membantu segala masalah kebutuhan dan hajatny bisa dibantu.
Dalam melakukan ritual di makam Mbah Nggolo sebagian orang tersebut membawa “Kembang Boreh” yakni bermacam-macam bunga dicampur dan diberi wangi-wangian yang sangat menyengat baunya. Ada yang membawa beras kuning, kelapa gading, kendi (tempat air yang terbuat dari tanah liat). Ada yang tidak membawa apa-apa hanya langsung menuju makam dan duduk di dekat makam dengan berdiam diri dalam waktu yang lama.

C.    Pelaku Dan Tujuan Yang Melakukan Ritual Di Makam Mbah Nggolo[3]
Pelaku yang datang dan melakukan ritual tersebut hanyalah sebagian kecil masyarakat yang masih percaya dengan kesaktian Mbah Nggolo. Tidak memandang bahwa beliau sudah meninggal. Sebagian masyarakat itu tetap mempercayai walaupun sudah meninggal, tempat makamnya masih bisa di buat untuk meminta bantuan seperti Mabh Nggolo masih hidup. Orang yang datang ke makam beliau itu tidak hanya asli dari daerah itu saja, tetapi juga dari luar daerah yang masih mengetahui dan ingat betul tentang Mbah Nggolo.
Tujuan dilakukannya ritual tersebut adalah berupa kepercayaan yang kuat bahwa walaupun Mbah Nggolo sudah meninggal dunia tetapi makamnya masi tetap bisa dijadikan tempat meminta pertolongan dan percaya masih bisa membantu orang yang minta pertolongannya di makam beliau.  

D.    Tanggapan Masyarakat Tentang Adany Ritual Di Makam Mbah Nggolo
Awal dari adanya ritual di makam Mbah Nggolo menyebabkan banyak tanggapan dari kalangan masyarakat sekitar tempat dilaksanakannya ritual tersebut. Diantara tanggapan ataupun alasan masyarakat dalam menaggapi dilakukannya ritual tersebut adalah :
Ø  Sebagian besar masyarakat sekitar menolak.
Alasannya dari penolakan masyarakat tersebut disebabkan masyarakat merasa terganggu dengan pelaksanaan ritual tersebut di derahnya. Walaupun masyarakat sekitar juga mengetahui asal-usul tentang sosok Mbah Nggolo itu sendiri. Masyarakat sekitar banyak beranggapan bahwa yang dilakukan merupakan perbuatan musyrik yang dilarang syari’at. Begitu juga perbuatan tersebut sama halnya dengan melakukan hal yang sia-sia saja, tidak berguna karena orang meninggal sudah tidak mampu melakukan sesuatu yang bisa dilakukan semasa hidupnya, walaupun dulunya orang tesebut pandai dalam segala hal yang  bisa dimiliki saat hidupnya akan hilang.
Ø  Sebagian kecil menerima.
Tanggapan ini dikemukakan hanya oleh sebagian kecil orang saja yang mau menerima adanya ritual ini, terutama bagi orang yang masih mempunyai kepercayaan kuat adanya kekuatan ghaib dari dalam diri Mbah Nggolo melalui makm beliau. Mereka selalu menganggap kemampuan yang dimiliki Mbah Nggolo tidak akan pernah hilang dan sirna walaupun sudah meninggal dunia. Ada juga yang beranggapan bahwa ritual tersebut yang paling penting tidak mengganggu masyarakat sekitar.

Seiring dengan berjalannya waktu, yang lama-kelamaan kepercayaan ritual dimakam Mbah nggolo tersebut menajdi luntur dan hilang begitu saja, serta ritual yang dilakukan oleh sebagian masyarakat tersebut juga sudah tidak dilaksanakan lagi. Itu dikarenakan banyaknya kecaman dari masyarakat dan banyaknya pengetahuan tentang agama islam yang di dengar oleh masyarakat banyak menjadikan mereka semua saling mengingatkan satu dengan yang lain yang menumbuhkan kesadaran bagi masing-masing orang. Dan semua bisa menyadari bahwa perbuatan yang dilaksanakan tesebut salah serta melanggar syari’at agama. Selain itu juga didukung adanya kemudahan informasi tentang agama islam dan mudahnya pemberian pencerahan rohani tentang agama islam dalam banyak kegiatan di dalam masyarakat itu sendiri juga sudah banyak dibangun. 

E.     Hubungan Antara Ritual di Makam Mabah Nggolo dengan Adanya Puskesmas Pinggirsari [4]
Ketika Mbah Nggolo masih hidup di daerah Pinngirsari hampir tidak terdapat tempat pengobatan bagi masyarakat. Itu disebabkan karena belum ada bantuan dari pemerintah serta adanya kepercayaan masyarakat yang sudah terbiasa bila terdapat keluarganya yang sedang sakit langsung dibawa ketempat dukun, karena saat itu sulit ditemukan puskesmas terdekat ataupun klinik kesehatan. Yang ada hanyalah pertongan dari dukun yakni orang yang dianggap oleh masyarakat dapat mennyembuhkan berbagai penyakit. Kalaupun ada puskesmas terletak jauh dari desa. Selain itu biaya untuk berobat kepusat pelayanan kesehatan dilihat sangat memberatkan.
Peristiwa tersebut wajar dirasakan oleh masyarakat pinggirsari dikarenakan ekonominya saat itu rendah, sebagian besar saat itu berprofesi sebagai buruh tani dan hanya bisa mendapatkan uang dari bekerja kepada orang kaya atau para pejabat daerah yang mempunyai sawah luas atau “Bengkok” yang banyak. Bengkok adalah hasil gaji para perangkat desa yang berupa lahan pertanian seperti sawah dan ladang.
Pada saat itu yang ada bantuan dari pemerintah hanyalah berupa tempat penimbangan balita. Yang mana itu semua juga masih minim dalam penyediaan sarana dan prasarana obat bagi balita. Sebenarnya juga tersedia obat-obatan bagi orang dewasa tetapi juga sangat minim tidak sebanding dengan jumlah masyarakat. Dari banyaknya kekurangan dalam pelayanan dari daerah maupun pemerintah daerah menyebabkan masyarakat menjadi kurang nyaman dan menyebabkan sepinya pengunjung yang datang ke tempat itu. Masyarakat sudah putus asa dan lebih senang pergi ke dukun untuk mengobati penyakitnya dikarenakan biayanya juga lebih murah. Tempat penimbangan terletak di bagian paling utara dari desa pinggirsari.
Selang beberapa tahun lamanya, para pejabat daerah ada yang mengusulkan untuk membangun puskesmas yang memadai serta memindahkan kantor kelurahan yang dulu di bagian utara dan menetapkannya ada di tengah-tengah dari desa serta penempatan penbangunannya berada di tanah “Bengkok” dari salah satu perangkat desa. Atas usulan tersebut  semua anggota perangkat desa menyetujuinya. Bertepatan itu ternyata ada bantuan pembangunan dari pemerintah sehingga masyarakat merasa terbantu.  Jadi, puskesmas dibangun di belakang kantor kelurahan dekat makam yang salah satunya adalah makam Mbah Nggolo.
Pada tanggal 12 November 1986 Puskesmas telah diresmikan  sebagai satu-satunya tempat pelayanan kesehatan desa Pinggirsari. Pada saat itu yang menjadi Kepala Desa Pinggirsari adalah bapak Sumani yang merupakan memnantu Mbah Nggolo suami dari ibu Kuriati anak satu-satunya Mbah Nggolo. [5]
Sejak saat itu, ketika puskesmas ke selatan dekat pemakaman pengunjungnya meningkat drastis. Yang dulu pengunjungnya sepi menjadi ramai. Pengunjungnya tidak hanya berasal dari daerah pinggirsari saja, tetapi sampai luar daerah bahkan luar kota Ponorogo. Seperti Madiun, Wonogiri, Trenggalek, Pacitan, Magetan dll.
Puskesmas Pnggirsari terkenal dalam terkenal dalam mengobati “Penyakit Gatal”. Walupun juga dapat mengobati penyakit lain yang bermacam-macam pula. Tetapi itu merupakan pendapat masyarakat di luar derah pinggirsari. Dari  banyaknya pendapat itu banyak menimbulkan pertanyaanj dari pengunjung pemula yang heran dan takjub keahlian puskesmas pinggirsari yang ahli dan terkenal dalam mengobati penyakit gatal. Itulah realita yang ada, puskesmas ini dikatakan lebih ahli dan manjur dalam mengobati penyakit gatal. Penyebab dari itu belum diketahui pasti, karena pengaruh obat atau cara penanganan ataupun karena tempatnya.
Ada banyak pendapat tentang kejadian ini. Diantara pendapatnya yaitu : sebagian mengatakan karena puskesmas pinggirsari memang ahli dalam mengobati penyakit gatal. Ada yang karena tempatny di desa pinggirsari yakni sari-sarinya berada tepat di puskesmas ini. Ada juga yang berpendapat karena tempatnya di dekat makam. Maka mendapat “Sawabe” tau do’annya dari penghuni makam.
Dari pendapat yang akhir tadi ada yang menyangkut pautkan dengan tempatnya bertepatan dengan makam Mbah Nggolo yang dulu ahli dalam mengobati berbagai penyakit. Ada juga pengunjung awam yang mengatakan karena terdapat sumur yang mengandung obat gatal. Alasan ini diperkuat dengan kebiasaan para pengunjung setelah berobat selalu mampir ke Toilet yang berada di belakang puskesmas yang dekat dengan makam.
Yang dilakukan oleh para pengunjung di toilet tadi sangat unuk. Ada yang ke toilet membawa tempat air untuk disi air dari sumur tersebut dibuat obat di rumah. Ada yang hanya sekedar mencuci tangan, kaki, muka, dan bagian yang tekena penyakit gatal. Bahkan tidak jarang juga mandi di toilet agar penyakit gatalnya dapat cepat sembuh. Dari tingkah laku yang unik dan kepercayaan para pengunjung banyak yang cepat sembuh dari penyakitnya. Serta memberi tahukan kepada sanak famili mereka yang mempunyai penyakit gatal untuk berobat ke puskesmas  pinggirsari Ponorogo.












[1] Syakat, tanggal 9 Juli 2010 jam 10.40 WIB. Di rumah bapak Syakat dukuh Segajah desa Pinggirsari Ponorogo
[2] Fajri, tanggal  8 Juli 2010 jam 11.01 WIB. Di rumah Mbah Fajri Dusun Tepeng Desa Pinggirsari Ponorogo
[3] Supiyah, tanggal 8 Juli 2010 jam 11.10 WIB. Di rumah Mbah Fajri dukuh Tepeng desa Pinggirsari Ponorogo.
[4] Istirokah, tanggal 10 Juli 2010 jam 80.30 WIB. Di rumah ibu Istirikah dukuh Tepeng desa Pinggirsari Ponorogo
[5] Paimin, tanggal 8 Juli 2010 jam 15.11 WIB. Di rumah bapak Paimin dukuh Segajah desa Pinggirsari Ponorogo

Comments

Popular posts from this blog

Kurikulum Sebagai Sistem Dan Komponen-Komponen Sistem Kurikulum

Sejarah ilmu mantiq

PENDIDIKAN PONDOK PESARNTREN HUDATUL MUNA 1 JENES