RITUAL DAWUHAN DAN TOKOH ISLAM MBAH KYAI IMAM PURO DI DESA SUKOSARI


 Pengertian Umum Desa Sukosari
Desa Sukosari merupakan salah satu desa dari kota Ponorogo desa Sukosari itu sendiri terletak timur dari daerah Ponorogo dan kecamatan Babadan. Desa ini dipimpin oleh kepala desa bernama Daroini dan juga dibantu oleh berbagai elemen desa seperti Carik, sekertaris desa, kamituwo dan masih banyak lagi lainya, desa ini memiliki tujuh  dusun dan memiliki penduduk kurang lebih sekitar empat ribu jiwa. Setiap dusun di desa ini memiliki koordinator sendiri yang menyampaikan berbagai berita dari desa, jika ada sumbangan yang turun dari kabupaten ke desa yang disebut kamituwo yang baru saja dilantik kemarin setelah di tes di kecamatan dan kemudian bisa lulus dan menjadi anggota pamong desa dia akan memiliki masa jabatan selama dia mampu menjalankan tugasnya bahkan saampai tua pun dia bisa bebeda dengan kepala desa yang hanya menjabat kepimimpinannya selama kurang lebih lima tahun. Dibawah kepala desa itu sendiri ada seorang carik yang menjabat seumur hidupnya juga selama dia mampu menjalankan tugas dan sehat dari jasmani maupun rohani dan dia pun memiliki keistimewaan sendiri karena pak carik mulai kemarin sudah diangkat menjadi pegawai negeri.dan di desapun selain itu juga masih ada sekertaris desa yang memegang masalah seluruh keuangan di desa. Masih banyak lagi pamong desa yang menjalankan ritme berjalanya disekema desa ini[1]. Ada juga sambong yang disini dia bertugas sebagai pengatur pengairan di desa ini, yakin dia kalau dikota-kota tidak banyak digunakan beda dengan di desa kalau di desa dia adalah seorang yang mempunyai andil besar dalam berjalannya pertanian di desa ini yang merupakan salah satu mata pencaharian terbesar masyarakat disini. Desa ini juga memiliki tanah yang lumayan subur dan luas hingga  sebagian besar pendudukya inilah tadi sekilas tentang orang-orang yang mempunyai andil dalam masyarakat di desa ini. desa ini memiliki penghasilan melalui pertanian berbagai hasil dari penduduk itu sendiri antaranya berupa padi, bawang merah, mangga dan masih banyak lainya, karena alasan tersebut desa ini banyak memilih hasil pertanian di dalam mencukupi keseharian mereka, walau semakin di desa ini terdapat tiga sekolah SD dan satu sekolahan MTs tidak banyak di desa ini yang mempunyai pekerjaan sebagai guru, karena banyak guru di sekolahan ini adalah dari luar desa ini. Desa ini juga memiliki tempat bertransaksi jual beli yang cukup ramai dan bisa dikatakan besarlah yaitu pasar Danyang yang dijadikan masyarakat sini sebagai sarana jual beli, sudah lama mereka melakukan hal perdangan itu sebagai wujud untuk memenuhi saling kekurangan antar masyarakat yang tinggal. Desa ini terus berkembang menjadi salah satu desa terbesar di daerah Ponorogo. Seluruh penduduk selalu mengikuti adat-adat yang dilaksanakan oleh orang-orang terdahulunya karena itu menjadi suatu kepercayaan di desa ini. Banyak sekali berbagai fenomena masyarakat yang terjadi baik bencana ataupun kebahagiaan yang melanda ini juga yang menjadi acuan bagi mereka untuk selalu melaksakan apa yang sudah menjadi kebiasaan atau bisa disebut juga sebagai sesuatu yang sudah mendarah daging di seluruh kawasan masyarakat. Masyarakat disini adalah masyarakat yang selalu mngikuti aturan-aturan dari yang sudah menjadi acuan dari kesepakatan desa[2]. Desa ini identik dengan kenakalannya diluar sana juga masih banyak  sisi baik dari desa ini, sisi kebiasaan, kesopanan, saling membantu antar sesama, kekompakan, inilah suatu fenomena kehidupan yang sering terjadi di dalam suatu kalangan masyarakat. Fakta inilah yang menentukan berkembangnya suatu desa. Saya juga sebagai penduduk  disini memiliki angan-angan untuk lebih bias lagi memajukan desa tempat tinggalku ini baik dari segi budaya, kesenian, atau adat dan normanya. Saya yakin bahwasanya suatu desa yang besar utamanya bukan dilihat dari jumlah penduduknya yang pesat atau kekayaan yang dimilikinya jauh lebih dari itu semua, suatu desa dapat dikatakan besar apabila masyarakat desa tersebut mau berbangga dan menghargai apa-apa yang telah ada dan selalu berusaha memajukan ataupun mengembangkanya yakin itulah yang menjadi suatu harapn saya kelak mengharapkan kemajuan dari desa yang saya tempati sekarang ini. Itulah tadi berbagai ulasan umum mengenai desa yang saya tempati sekarang ini. Desa ini juga terdapat berbagai ritual atau kepercayaan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar sebagai wujud penghargaan ataupun kepercayaan terhadap sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu diantaranya yaitu suatu ritual yang terjadi di kalangan masyarakat dan sudah menjadi sesuatu yang melekat dalam agenda masyarakat. saya akan coba membahas,menelaah dari ritual tersebut yaitu merupakan salah satu kejadian yang mungkin dapat dikatakan menarik juga banyak dari orang yang mengganggap bahwa ritual ini ialah sesuatu yang kuno hingga terelakan, terlupakan dari bahasan,  pengetahuan masyarakat tapi tidak dengan dusun kami ritual tersebut sudah menjadi suatu agenda tahunan ataupun suatu kebiasaan tahunan yang dilakukan oleh masyarakat di dusun kami yaitu  ritual Dawuhan .
B. Pengertiam Ritual Dawuhan
Pengertian dari ritual itu sendiri adalah berasal dari kata bahasa jawa yang memiliki arti yaitu suatu tempat yang sangat besar dan merupakan tempat berhentinya air atau didalam bahasa jawa disebut Dam besar(bembekan) inilah tadi pengetian ritual tersebut menurut bahasa sadangkan menurut istilah itu sendiri ritual tersebut merupakan suatu ritual yang dilakukan oleh satu kalangan masyarakat yang betujuan untuk meminta hujan kepada yang maha kuasa dan juga dayangan yang bertempat disitu itu menurut sesepuh desa kami yang bertujuan untuk mengairi sawah mereka yang lama tidak diairi atau kekeringan hingga dapat menyuburkan tanaman mereka itu sendiri. Kekurangan air di sawah tersebut kecuali dari disel itupun mengeluarkan biaya yang sangat besar dan apabila mereka membeli air maka mungkin mereka akan merugi banyak[3]. Ritual tersebut adalah menjadi solusi yang dapat untuk dilakuakan mereka ritual ini mereka lakukan sudah lama bahkan sampai sekarang mereka masih melakukan ritual tersebut.dan ritual inipun sudah menjadi suatu kebiaasan masyarakat Sukosari terutama di dusun Demung terbukti dengan bukti-bukti yang nyata dan berhasil cara-cara mereka itu, adapun yang melakukan ritual tersebut adalah kalangan masyarakat yang tinggal di dusun tersebut dan juga sekumpulan masyarakat desa yang memiliki sawah di tempat tersebut.dan biasanya ketika mereka melakukan ritual tersebut biasanya mereka ketika saat musim menanam padi. Waktu mengairi padi tersebut tidak cepat diairi akan mati sedangkan jika kekurangan air saja tanaman padi tersebut bisa mengalmi kurang hasil waktu nanti panen.  Pelaksanaanya ritual ini dipimpin oleh berbagai tokoh masyarakat baik seorang kyai dan seorang sambong yaitu kalau di desa di sebut sebagai kepala pengairan di sawah-sawah suatu desa. Tujuan ritual ini adalah untuk menyurkan padi mereka dengan berharap hujan dapat turun membawa berkah bagi mereka itu sendiri, selain dari pada itu tujuannya ialah untuk menghormati para leluhur yang telah meninggalkan suatu kebiasaan  tersebut kepada mereka itu sendiri. Hal tersebut terbukti bahwa mereka juga dapat menerima hasil dari berbagai usaha yang mereka lakuakan.adapun berbagai alat yang mereka sediakan untuk kelangsungan acara tersebut ialah ambengan, golong atau suatu nasi yang dibentuk bulat-bulat menyerupai bola, pangang ayam yang biasanya yaitu menggunakn ayam laki-laki ( jago), makanan-makanan yaitu seperti serondeng kering dan makanan lainya, adapun yang unik dalam ritual tersebut yaitu menggunakan dawet. Ritual ini dilakukan ditengah sawah maupun disamping DAM. Berlangsungnya acara tersebut yaitu mereka taruh apa-apa yang mereka siapkan tadi ditengah dan masyarakat semua duduk mengelilingi ambengan tersebut dengan pimpinan kyai mereka semua berdoa meminta turunya hujan pada yang maha kuasa, setelah kyai itu selesai dengan doanya maka sekarang giliran  sesepuh desa pun juga ikut menambahinya doa dengan caranya yang dia percayai dengan cara suatu Sarana penghubung memanggil roh menggunakan media cowongan atau sejenis orang-orangan yang mirip jaelangkung. Cowongan terbuat dari irus atau alat sendok sayur dari batok kelapa yang disabungkan dengan kusan atau alat pengukus, yang kemudian diberi pakaian layaknya manusia. Setelah diberi doa-doa, cowongan dibawa ke tngah sawah. Di tubuh cowongan diikat dengan tiga tali yang akan ditarik dari tiga arah dibarengi dengan nyayian puji-pujian kepada Dewi Sri yang merupakan Dwi Padi Cowongan kemudian ditarik dan bergerak-gerak keatas. Cowongan yang melonjak-lonjak tersebut, konon menandakan bahwa roh yang dipanggil telah datang. Biasanya setelah hari ketiga tanda-tanda akan turun hujan mulai terlihat. Jika hujan belum juga turun, upacara bisa dilakukan dihari berikutnya. Setelah itu smua dilakukan sebagai penutup yang terahir yaitu sambong atau kepala pengairan desa tadi duduk dan disiram dengan air dawet yang telah desidiakan tadi oleh sekelompok masyarakat. Acara ini dilakukan yaitu enam bulan sekali yang biasanya dilakukan ketika musim hujan tidak kunjung datang. Berlangsungnya acara tersebut yaitu pada waktu malam hari.inilah tadi salah satu peristiwa yang terjadi di desa Sukosari dari fenomena ini saya dapat mengambil keseimpulan bahwa suatu kepercayaan yang sudah melekat di suatu daerah ialah merupakan suatu peninggalan yang tidak bisa untuk terlupakan. Banyak juga sisi baik ataupun sisi yang mungkin menurut kita kurang berkenan dari ritual dawuhan tersebut dan maungkin kalau dalam ajaran Islam pun hal tersebut ada tapi kalau di dalam umat islam makin jauh cara melaksanakannya dengan mereka mungkin dengan shalat istiqa yang hanya menyebut nama ALLAH dan hanya menggunakan doa-doa dengan lafad ALLAH SWT mungkin dengan surat al-quran ataupun dengan shalwat pada nabi Muhammad SAW. ya mungkin jika kita kaitkan antara ritual tersebut dengan sholat istiqa mempunyai sedikit perbedaan tapi memiliki niat yang sama yaitu memint kepada Yang maha kuasa yaitu pencipta alam dan pengatur berjalannya roda kehidupan di dunia hanya kepadanya  mungkin kita dapat mengembalikan semua sungguh hanya ALLAH SWT yang mengetahui semuanya, dan tidak sedikitpun manusia tau apa yang terjadi nanti, kita hanya bisa berusaha untuk bisa menjalani apa-apa yang tellah dia gariskan. mungkin sebagai umat islam kita mempunyai cara yang berbeda dengan mereka tapi mungkin kita mempunyai niat yang sama dengan mereka.yaitu bekerja untuk menghidupi keluarga dan mandapat safaat dari ALLAH SWT kelak nanti di yaumul ahir.inilah tadi sekilas tentang ritual dawuhan[4].
C. Mbah Kyai  Imam Puro
Lepas dari ritual diatas saya sedikit beranjak ke tangga dusun saya yaitu terdapat suatu tokoh yang sangat berjasa dalam berkembangnya islam pada masyarakat sukosari yang sudah merubah sifat-sifat masyarakat sukosari ini menjadi masyarakat yang memiliki adab.dia adalah kyai Imam Puro dia adalah suatu ulama yang dating dari kraton surakarta demak[5]. Bilau dilahirkan disana dan kemudian merantau menuju tempat yang dia niatkan sebelum brangkat bahwa sanya dia akan membawa ajaran agama islam disitu.dan setelah dia berjalan dan terus berjalan menapaki langkah setapak demi setapak dia sampai di desa yang sekrang ini dinamai sebagai desa Sukosari ini. Bilau mendengar bahwa sanya desa ini itu memiliki sifat yang tidak beradab dan kejam terhadap sesama, karena mereka juga sama sekali belum mengenal apa yang namanya agama. Setelah dia mendengar itu kemudian dia singgah di desa itu ahirnya dia  melihat dan mendengar sendiri sifat masyarakat disini dan itu kira-kira terjadi  pada tahun 1178. Setelah bilau melihat itu semua bilau mencoba membawa dan mengajarkan ajaran agama islam disini dan setelah itu bilau mencoba membuat bangunan kecil yang mungkin kalau sekarang disebut dengan musholah di dekat tempat masyarakat tinggal, tapi apa? kedatangan beliau kesini justru mendapat penolakan atau kecaman dari seluruh masyarakat disini, mereka menghina bahkan mereka mereka mengganggap bahwa kedatangannya disisni tersebut ialah membawa petaka di desa ini, tapi berkat kesabaran dan ketakbahannya mungkin ALLAH SWT mendengar doanya dan juga melihat usahanya tersebut,  tak lama kemudia justru bukan orang sini yang mau menimba ilmu dengannya orang yang jauh seperti demak,yogya, solo dan banyak lagi yang mau berdatangan kesini dan mau menimba ilmu dengannya dan mau mempelajari apa-apa tentang ajaran agama islam, mereka selalu datang kesini dan mempercayai bahwa mbah Imam Puro adalah membawa kebenaran disini dan menjadi utusan dari Allah swt yang membawa jalan baik bagi mereka, setelah bersabar dan trus bersabar masyrakat sinipun belum smuanya mau mempelajri dan ikut anutan mbah Imam Puro justru sebagian dari mereka msih ada yang mengecamnya, hingga mbah Imam Puro mengatai mereka itu sifatnya sudah seperti danyangan-danyanga yang sulit untuk diubah.hingga sampe sekarang di situ dipakek sebagai nama dusun danyang itulah asal mula dinamanya dusun dayang tersebut. Tak tau setelah waktu berjalan dan trus berjalan ternyata ALLAH SWT membuka mata mereka dan memberi jalan bagi mereka dan mereka mau mengikuti ajaran mbah imam puro walau mungkin belum seluruhnya.dan setelah mbah Imam Puro mampu mengubah sifat mereka sedikit demi sedikit mbah imam puro pun mempersunting gadis dari jetis tegal sari. Dan istrinya tersebut adalah merupakan cucu dari kyai ageng Mahmud Besari yang merupakan penghuni atau sesepuh dari tegal sari.jadi waktu itu dia mempersuntingnya dan menjadikanya istri.seiring waktu terus berjalan ahirnya mbah Imam Puro berhasil mengubah sifat-sifat masyarakat sini sepenuhnya mungkin inilah rahasia dari yang maha kuasa, yang mau memberi petunjuk bagi setiap umatnya dari sifatnya dari pegangan teguh mereka ,dan merekapun tiap hari dating ke tempaya Mbah Imam Puro untuk mendalami ilmu-ilmu keislaman mereka, ternyata merekapun juga cepat tanggap dengan apa yang telah diajarkan oleh mbah imam puro tersebut sepertinya mereka memperoleh hidayah dari yang maha kuasa, saja itu kata Mbah Imam Puro dengan senang karena mereka mau memenuhi apa yang menjadi niat dari Kyai Imam Puro sejak dulu. Setelah kyai imam puro tenang dan merasa bahwa niatnya telah terealisasisi ahirnya bilau setelah selang waktu Mbah Imam Puro pun wafat pada1823[6].  Dan setelah itu diteruskan usahanya oleh Kyai Imam Puro ke dua dan setelah itu bangunan yang dulunya musolah kecil di bangun menjadi masjid besar. Selalu dilaksanakn oleh masyarakat disitu untuk selalu melakukan ibadah dan setelah itu setelah wafatnya Mbah Imam Puro yang ke dua pada tahun 1849 maka digantikan oleh Mbah Imam Puro yang ketiga yaitu kyai imam besari, sampai pada tahun 1876 bilau wafat dan digantiakan oleh kyai imam anom samapi pada tahun 1904 bilau wafat dan diteruskan oleh Kyai Murtadlo dan trus menyebarlah islam di desa ini berkembang dan berkembang sampai bilau wafat pada 1919 dan kemudian digantikan oleh Mbah Imam Puro ke enam yaitu kyai mangur besari, sampai bilau wafat pada tahun1928 kemudian digantikan oleh K.H.m.nur k., sampai pada tahun 1959 dan digantikan oleh K.H.Mansur sampai pada yang terahir yaitu Kyai Asyhar Bilaulah yang dianggap sebagai ulama-ulama yang meneruskam dari usaha-usaha mbah imam puro yang pertama.dam sekarang banyak sekali kyai ataupun ulama yang bermunculan disini,dan sekarang banyak masyrakat yang sadar dan sangat mengenang dari pada usaha mbah imam puro tersebut, bahkan masjidnya pun sekarang memilki Nama Masjid Imam Puro sebagai penghargaan atau sebagai sesuatu untuk mengenang atas jasa-jasa yang bilau lakukan dimasa lalunya, dan selalu masjid tersebut mereka gunakan untuk beribadah lima waktu, dan sering sekali disini dikunjungi oleh orang-orang jauh luar dari kota yang dating kesini untuk berjiaroh pergi ke makamnya tersebut,dan bentuk kuburanya pun erbetuk bagus seperti gandi yang dibuat oleh orang-orang terdahulu, dan kadan disinipun diadakan setiap mengenang para ulama-ulama diatas yaitu melakukan zikir dimasjid imam puro dengan mengumpulkan seluruh masyarakat disitu yang dilakuakan untuk kirim doa-doa kepada para almarhum yang telah sangat berjasa dalam bedirinya desa ini dan membetuk aklak-aklak ya baik dan sopan dan tau mengenai agama dan masih banyak lagi cara yang dilakukan oleh para masyarakat sekitar untuk mengenang jasa-jasanya diantaranya sering sekali diadakan pengajian besar disitu dan LI (lailatul ijtima) sering sekali dilakukan disitu. Ya mungkin disini kita dapat mengambil pelajaran bahwa sanya seseorang yang berjalan ke jalan ALLAH dan berusaha selalu menggumkan namanya maka allah akan membalasnya dengan sesuatu yang sangat lebih bahkan dia akan menjadikanya orang yang sangat berharga dimatanya. Karena dari sesuatu yang telah dijelaskan diatas kita dapat melihat betapa agungnya kuasa tuhan.dan dengan begitu bahwa tidak sia-sia pengorbanan seorang ulama yang berpegang teguh pada ajaran nabi muhammad saw dengan menerapkan perintah dan larangan allah swt.



[1] .Bpk selamet(sambong).demung,sukosari ,babadan,11.07.10.
[2] Ibid,hal4
[3] Bpk selamet(sambong),demung,sukosari,babadan.12,07,10.
[4] Ibid,hal7

[5] .Tubari(kepala madrasah)dayang ,sukosari,13,07,10.
[6] ibid

Comments

Popular posts from this blog

Kurikulum Sebagai Sistem Dan Komponen-Komponen Sistem Kurikulum

PENDIDIKAN PONDOK PESARNTREN HUDATUL MUNA 1 JENES

Sejarah ilmu mantiq