PERANAN ILMU SOSIAL PROFETIK DI ERA GLOBALISASI
A. Hubungan Agama Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial
Semua orang mungkin sepakat bahwa dalam era globalisasi tersebut,
keutuhan manusia ingin tetap terpelihara dengan baik. dan ilmu pengetahuan sosial
diharapkan menjadi salah satu alternatif yang setrategis bagi pengembangan
manusia indonesia seutuhnya.
Hubungan
berarti komunikasi, sangkut paut, sejalan,
searah. Agama secara sempit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab
berarti menundukkan, patuh menguasai, hutang. Ilmu pengetahuan secara bahasa
yaitu seperangkat ilmu yang tersusun secara sistematis, dapat dimanfaatkan
semua orang pada tempat yang sama maupun berbeda dengan hasil yang sama.
Khurashid Ahmad berpendapat bahwa pengetahuan adalah seperangkat pengalaman,
yang mengatur, memimpin mengarahkan kearah kebaikan untuk mendekatkan diri
kepada Kholiq.
Ilmu
sosial
adalah ilmu yang berhubungan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan.
Termasuk ilmu sosial adalah
seluruh kegiatan masyarakat mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas
untuk kegiatan keperluan sesama manusia. Islam telah tampil sebagai agama yang
memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara
hubungan manusia dengan manusia, antara urusan ibadah dan muammalah dalam arti
luas. Keterkaitan agama dengan kemanusiaan menjadi penting, jika dikaitkan
dengan situasi kemanusiaan pada zaman ini.
Allah
berfirman dalam Alqur'an yang artinya:
"Hai
manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Ayat
diatas menunjukkan bahwa manusia diciptakan berbeda-beda agar saling mengenal. Mengenal
disini berarti agar antara manusia satu dengan yang lain melakukan hubungan
atau bermuamalah, bekerja sama, saling tolong menolong, serta menciptakan
kehidupan sosial yang baik.
Penelitin
yang dilakukan oleh Jalaludin Rahmad terhadap al-Qur'an menyimpulkan
empat hal:
1.
Dalam Al-Qur'an dan hadist,
proposi terbesar ditujukan pada urusan sosial.
2.
Dalam kenyataan apabila urusan
ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah
boleh diperpendek atau ditangguhkan.
3.
Bahwa ibadah mengandung segi
kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada badah yang bersifat
perseorangan.
4.
Apabila ibadah dilakukan tidak
sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka Kifaratnya
(tebusan) adalah melakukan sesuatu yang berhubungn dengan masalah sosial.
Islam
menilai bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena
melanggar pantangan tertentu, maka Kifartnya (tebusan) adalah dengan melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan urusan sosial. Apabila puasa tidak mampu
dilakukan karena sakit dan sulit diharapkan sembuhnya, maka boleh diganti
dengan Fidyah yaitu memberi makan orang miskin. Sebaliknya, bila orang tidak
baik dalam urusan muamalah, urusan ibadahnya tidak dapat menutupnya. Merampas
hak orang lain tidak dapat menghapus dosanya dengan sholat tahajud. Membunuh
orang pada zaman Nabi maka dendanya ialah memerdekakan budak. Itulah pentingnya
ilmu sosial dan sangat erat sekali dengan agama Islam.
Dalam
keadaan demikian kita saat ini nampaknya sudah mendesak untuk untuk memiliki
Ilmu Pengetahuan Sosial yang mampu membebaskan manusia dari berbagai problema
tersebut diatas. Ilmu Pengetahuan sosial yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan
yang digali dari nilai-nilai Agama. Kuntowijaya menyebutkan sebagai Ilmu Sosial
Profetik.
B. Ilmu
Sosial Di Era Globalisasi
Ilmu
sosial mengalami kemandekan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya,
dibutuhkn ilmu sosial yng tidak berhenti pada menjelaskan fenomena sosial,
tetapi dapat memecahkan secara memuaskan. Menurut Kuntowijoyo kita butuh ilmu sosial
profetik: yaitu ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial
tetapi juga memberi petujuk kearah mana tranformasi itu dilakukan, yaitu ilmu sosial
yang mampu mengubah fenomena berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu.
Yaitu yang berdasarkan tiga hal : cita-cita manusia, libersi, dan ketiga
transendensi.
Tujuan
pertama ialah memanusiakan manusia; seperti Industrialisasi yang kini terjadi
kadang menjadikan manusia sebagian dari masyarakat abstrak tanpa wilayah
kemanusiaan. Kita menjalani obyektifasi ketika berada di tengah-tengah mesin
politik dan mesin pasar, manusia telah menjadi bagian dari sekrup mesin yang
tidak lagi menyadari keberadaanya secara utuh.
Kedua
liberasi bertujuan pembebasan manusia dari kungkungan teknologi, dan memeras
kehidupan orang miskin yang tergusur oleh kekuatan ekonomi raksasa dan berusaha
membebaskan manusia dari belenggu yang kita buat sendiri. Ketiga tujuan
transendensi adalah menumbuhkan dimensi transendental dalam kebudayaan. Dan
yang harus kita lakukan membersihkan diri dengan meningkatkan kehidupan pada dimensi
transendentalnya.
Dengan
ilmu sosial profetik kita di haruskan mempunyai pandangan bahwa sumber ilmu
bukan hanya berasal dari rasio dan empiri sebagaimana yang dianut dalam
masyarakat barat, tetapi juga dari wahyu. Dengan ilmu sosial yang demikian maka
umat islam akan dapat meluruskan gerak langkah perkembangan ilmu pengetahun
yang terjadi saat ini dan juga meredam berbagai kerusuhan sosial dan tindakan
kriminal. Fenomena kerusuhan tindakan kriminal, bencana kebakaran hutan,
penyimpangan sosial, dan masaalah sosial lainnya bukan masalah yang berdiri
sendiri, semua itu merupakn produk sistem dan pola pikir. Pemecahan terhadp
masalah tersebut salah satu alternatif adalah dengan memberikn nuansa keagamaan
pada ilmu sosial. Yang oleh Kuntowijoyo disebut sebagai ilmu sosial profetik.
C.
PERANAN ILMU SOSIAL PROFETIK DI ERA
GLOBALISASI
Islam
selalu membuka diri terhadap seluruh warisan kebudayan sejak beberapa abad yang
lalu islam mewarisi peradaban manusia. Kita tidak membangun dari ruang hampa
hal tersebut dapat dipahami dari kandungan surat al-maidah ayat 3. kata "telah KU-
sempurnakan agama-mu" mengandung arti bukan membangun dari ruang hampa
melainkan dari bahan-bahan yang sudah ada. Hal demikian dapat dilihat dari
kenyataan sejarah semua agama dan peradapan mengalami proses meminjam dan
memberi dalam interaksi mereka satu sama lain sepanjang sejarah. Dalam bidang
IPTEK Islam bukanlah agama yang tertutup. Islam adalah paradigma terbuka
sebagai mata rantai peradaban dunia. Islam mewarisi peradapan yunani dari barat
dan peradaban persia, india,
dan cina dari timur. Ketika abad VIII – XV peradaban barat dan timur tenggelam
dan mengalami kemerosotan. Islam bertindak sebagai pewaris utama kemudian
diambil alih oleh barat sekarang. Islam mengembangkan matematika India,
ilmu kedokteran dari Cina, sistem pertahanan Sasanid dan logika Yunani dsb.
Namun
dalam proses penerimaannya itu terdapat dialektika internal. Mislnya untuk
bidang pengkajian tertentu Islam menolak bagian logika Yunani yang sangat
rasional, diganti dengan cara berfikir yang menekankan rasa seperti yang
dikenal dalam Tasawuf. Al-Qur'an sebagai sumber utama ajaran islam diturunkan
bukan dalam ruang hampa, melainkan dalam setting sosial aktual, respon normatifnya mereflaksikan
kondisi sosial aktual itu. Meskipun jelas bahwa al-Qur'an memiliki cita-cita sosial
tertentu. Bukti sejarah memperlihatkan dengan jelas bahwa sejak kelahirannya lima belas abad yang lalu
Islam telah tampil sebagai agama terbuka akomodatif. Serta berdampingan dengan
agama, kebudayaan, dan perdaban lainnya. Tetapi dalam waktu bersamaan Islam
juga tampil memberikan kritik, perbaikan, bahkan penolakan dengan cara-cara
yang amat simpatik dan tidak menimbulkan gejolak sosial yang membwa korban yang
tidak diharapkan. Dengan sifat karkteristik ajaran islam demikian itu maka
melalui ilmu sosial yang berwawasan profetik Islam siap memasuki era
globalisasi yang di tandai dengan adanya perubahan bidang ekonomi, teknologi, sosial
informasi, dsb. Akan dapat diambil dengan sebaik-baiknya.
Islam
mempunyai perhatian dan kepedulian yang tinggi terhadap masalah sosial. Untuk
itu maka kehadiran ilmu sosial yang hanya membicarakn tentang manusia tersebut
dapat diakui oleh Islam. Namun islam mempunyai pandangan yang khas tentang ilmu
sosial yang dikembngkan yaitu ilmu sosial profetik yang dibangun dari ajaran
islam dan diarahkan untuk humanisasi, liberasi, dan transendensi.
Daftar pustaka
Ø
Drs.H. Abudin nata,
Methodologi Studi Islam (Jakarta: Rajawali Persada, 2003)
Ø
Drs. M. Yatimin Abdullah.
M.A.G, Studi Islam Kontemporer (Jakarta: Amzah, 2006)

Comments
Post a Comment
bismillahi....