Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat (Humas)
A.
Pengertian
Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat (Humas)
Istilah hubungan
masyarakat (humas) dikemukakan pertama kali oleh presiden Amerika Serikat adalah
Thomas Jefferson tahun 1807. Akan tetapi yang dimaksud pada waktu itu dengan
istilah public relantions adalah
dihubungkan dengan foreign relations. Hingga
saat ini pengertian humas belum ada kesepakatan diantara pendapat para ahli.
Dan diantara pendapat para ahli:
1. Glennand
Denny Griswold ( 1966)
Humas
merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan menyimpukan
sikap-sikap publik, menyesuaikan policy
dan prosudur instansi atau organisasi dengan
kepentingan umum, menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan
dukungan masyarakat.[1]
2. Oemi
Abdurrachman M. A (1971)
Numas
ialah kegiatan untuk menemukan dan memperoleh pengertian, goodwiil, kepercayaan, penghargaan dari publik sesuatu badan
khususnya dan masyarakat umumnya.
3. Ibnoe
Syamsi (1967)
Humas
adalah kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan
msyarakat agar mereka mendukungnya dengan sadar dan sukarela.[2]
Sedangkan
hakikat humas dalam manajemen pendidikan Islam dapat kita artikan sebagai suatu
proses hubungan timbal balik antara lembaga pendidikan Islam dengan masyarakat
yang dilandasi dengan I’tikad saling mengenal (ta’aruf), saling
memahami (tafahum), saling mengasihi (tarahum), saling
menolong (ta’awun), dan saling menanggung[3]
Apabila ditinjau
dari segi badan tugasnya. Dr. Hadari Nawawi (1981) menyebutkan bahwa beban
tugas humas adalah melakukan publisitas tentang orgasisasi kerja yang patut
diketahui oleh pihak luar secara luas. Dengan tujuan agar masyarakat tahu apa
yang dilkerjakan, supaya masyarakat tidak jadi salah faham dengan apa yang ada
dalam rencana organisasi tersebut.[4]
Sekolah dan
masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah
atau pendidikan secara efektif dan efisien. Sebaliknya sekolah juga harus
menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususya
kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk member
penerangan tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan
masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus mengatahui dengan jelas apa
kebutuhan, harapan, dan tujuan masyarakat, terutama terhadap sekolah. Dengan
kata lain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina suatu hubungan yang
harmonis.[5]
Informasi yang
disebarkan tidak boleh berlebih-lebihan sehingga bersifat propaganda dengan
maksud agar mendapat simpati dan dukungan masyarakat, lebih-lebih bilamana
tidak berpijak pada data yang benar. Propaganda seperti itu hanya patut
dilakukan oleh organisasi komersil melalui iklan-iklan dengan maksud menarik
para pembeli untuk memperoleh keuntungan.
Berdasarkan
uraian di atas maka humas merupakan rangkaian kegiatan organisasi atau instasi
untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat atau pihak-pihak
tertentu diluar organisasi tersebut, agar mendapat efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan kerja secara sadar dan sukarela.[6]
Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat ini semakin dirasakan
pentingnya pada masyarakat yang telah menyadari dan memehami pentingnya
pendidikan bagi anak-anak. pendidikan
bagi anak-anak.[7]
Hubungan yang harmonis sebagai hasil kerja humas tampak sebagai berikut:
1. Adanya
saling pengertian antara organisasi atau instansi dengan pihak luar.
2. Adanya
kegiatan yang membantu karena yang mengetahui karena mengetahui manfaat, arti
dan peranan masing-masing.
3. Adanya
kerja sama yang kuat erat dengan masing-masing pihak dan merasa ikut
bertanggung jawab atas suksesnya usaha pihak yang lain.
Kepala sekolah
yang baik merupakan salah santu kunci untuk bisa menciptakan hubungan yang baik
antara sekolah dan masyarakat secara efektif karena harus menaruh perhatian
tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang difikirkan
orang tua tentang dekolah. Sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha membina dan
meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat guna
mewujudkan sekolah yang efektif dan efisien.[8]
Sehingga melalui hubungan itu tercapainya tujuan hubungan antara sekolah dan
masyarakat, yaitu terlaklasa proses pendidikan disekolah secara produktif,
efektif, dan efisien sehingga menghasilkan lulusan yang produktif dan berkualitas.[9]
Dan diantara tugas-tugas
pokok atau beban kerja humas dalam suatu organisasi atau lembaga adalah:
1. Memberikan
infirmasi dan menyampaikan ide (gagasan) kepada masyarakat atau pihak-pihak
lain yang membutuhkannya. Dengan tujuan agar diketahui maksud dan
sertakegiatan-kegiatan termsuk kemungkinan dipetik manfaatnya oleh pihak-pihak
di luar organisasi.
2. Membantu
pemimpin karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung memberikan informasi kepada
masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukanya .
3. Membantu
pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan informasi yang akan
disampikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada saat tertentu. Dengan
demikian pemimpin selalu siap dalam memberikan bahan bahan informasi yang
tertentu.
4. Membantu
pemimpin dalam mengembangkan rencana dan kegiatan-kegiatan lanjutan yang
berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat sebagai akibat dari komunikasi
timbal balik demngan pihak luar, yang ternyata menimbulkan harapan untuk
penyempurnaan policy atau kegiatan yang telah dilakukan oleh organisasi.[10]
Untuk melaksanakan
tugas-tugas tersebut, humas yang efisien harus memperhhatikan asas-asas
tertentu sebagai berikut:
1. Obyektif
dan resmi
Semua
informasi yang disampaikan kepada masyarakat
harus merupakan suara resmi dari instasi yang bersangkutan. Sehingga
semua informasi telah mengetahui dan mendapat persetujuan oleh atasan atau
pemimpin guna menghindari informasi atau pemberitaan yang tidak tepat dan dapat
merugikan.
2. Organisasi
yang terib dan disiplin
Humas
hanya akan berfungsi bilamana tugas-tugas organisasi atau lembaga berjalan
secara lancer dan efektif serta memiliki hubungan kerja ke dalam dan keluar
organisasi yang efektif pula.
3. Informasi
harus bersifat mendorong timbulnya keinginan untuk ikut berpartisipasi atau
ikut memberikan dukungan secara wajar dari masyarakat. karena itu informasi
atau pemberitaan tidak sekedar dilihat dari kepentingan organisasi, tetapi juga
dari penerima informasi.
4. Kontinutas
informasi
Humas
harus berusaha agar masyarakat memperoleh informasi secara kontinu sesuai
dengan kebutuhan. Untuk itu informasi lisan dan tertulis dapat dilakukan secara
berkala dan pada waktu-waktu tertentu. Dengan demikian masyarakat mempunyai
gambaran tentang masalah-masalah keadaan yang dihadapi organisasi atau lembaga.
5. Respon
yang timbul dari masyarakat harus diperhatikan sepenuhnya. Baik berupa
saran-saran, pendapat-pendapat, kritik-kritik, keluhan-keluhan, dan
pernyataan-pernyataan. Semua respon itu harus disaring agar dapat dipergunakan
untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan dalam rangka memenuhi harapan masyarakat.[11]
B. Humas Di
Lingkungan Sekolah
Menurut
kurikulum tahun 1975 (buku III D) kegiatan mengatur hubungan sekolah dengan
masyarakat meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengatur
hubungan sekolah dengan wali murid.
2. Memellihara
dengan baik dengan Badan Pembantu
Penyelenggaraan Pendidikan (BP 3).
3. Memelihara
dan mengembangkan hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga pemerintah, swasta
dan organisasi sosial.
4. Memberikan
pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah, melalui macam-macam teknik
komunikasi.
Menurut drs.
Ngalim purwanto dkk. Hubungan sekolah dengan masyarakat mencakup hubungan
sekolah dengan sekolalah lai, sekolah dengan pemerintah setempat, sekolah
dengan instansi dan jawatan lain, dan sekolah dengan masyarakat pada umumnya.[12]
Dengan denmikian
pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakan dan
pemerintah. Dengan dasar pada kata-kata bijak itu, maka perbaikan kualitas
pendidikan di indonesia menjadi beban bersama orang tua, msyarakat dan
pemerintah.[13]
BAB
II
KESIMPULAN
1. Hubungan
masyatakat dengan sekolah adalah rangkaian kegiatan organisasi atau instansi
untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat atau pihak-pihak
tertentu dilain organisasi tersebut, agar mendapatkan evesiensi dan efektifitas
perlaksanaan kerja secara sadar dan suka rela.
2. Pendidikan
bukan hanya dibebankan pada sekolah akan tetapi peran serta dari pemerintah
instansi lain dan mayarakat pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø E.
mulyasa. Manajemen berbasis sekolah. Bandung: Pt remaja rosdakarya. 2007.
Ø Suryosubroto.
Manajemen Pendidikan Disekolah. Jakarta:
Pt Rineka Cipta. 2004.
Ø Hardiyanto.
Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen
Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Pt Renaka Cipta. 2004.
Ø Ummu Yasmin, Materi Tarbiyah
Paduan Kurikulum Da’I dan Murabbi. Solo: Media Insani Press, 2005.
[1]
B. Suryosubroto. Manajemen Pendidikan Disekolah. (Jakrta,
PT Rineka Cipta, 2004). 154
[2]
Ibid, 156
[3] Ummu Yasmin, Materi Tarbiyah Paduan Kurikulum
Da’I dan Murabbi. (Solo: Media Insani Press, 2005), h. 197-198.
[4]
B. Suryosubroto. Manajemen Pendidikan Disekolah. (Jakrta,
PT Rineka Cipta, 2004). 156.
[5]
E. mulyasa. Manajemen berbasis sekolah. Pt remaja rosdakarya. Bandung. 2007.
50.
[6]
B. Suryosubroto, 157
[7]
E. mulyasa. 51.
[8]
E. mulyasa. Manajemen berbasis sekolah. Pt remaja rosdakarya. Bandung. 2007. 51.
[9]
Ibid. 52.
[10]
B. Suryosubroto. Manajemen Pendidikan Disekolah. (Jakrta,
PT Rineka Cipta, 2004). 158
[11]
B. Suryosubroto. Manajemen Pendidikan Disekolah. (Jakrta,
PT Rineka Cipta, 2004). 159.
[12] B. Suryosubroto. Manajemen Pendidikan Disekolah. Pt Rineka
Cipta. Jakarta. 2004. 160.
[13] Hardiyanto. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan Di Indonesia. Pt
Renaka Cipta. Jakarta. 2004.84
Comments
Post a Comment
bismillahi....